Ada dua jenis kemiskinan ditinjau dari segi penyebabnya, yaitu:
1. Kemiskinan Kultural.
Kemiskinan kultural adalah kemiskinan dimana penyebabnya berasal dari dalam, budaya dia sendiri yang menyebabkan ia terbelit dalam kemiskinan.
Dalam diri manusia ada sifat yang membuat ia kaya dan ada juga sifat yang membuat ia miskin. Ada sifat inheren yang membuat orang itu kaya demikian juga sifat yang membuat orang itu menunjang untuk miskin. Dalam lingkup yang lebih luas, ada sifat atau karakter bangsa yang membuat bangsa itu selalu terbelit dalam kemiskinan, demikian pula ada karakter bangsa yang membuat bangsa itu cepat bangkit dari suatu kemiskinan.
Pada waktu dulu tembakau menjadi komoditi unggulan di Madura, banyak petani Madura menjadi kaya mendadak pada waktu panen emas coklat ini. Yang sangat disayangkan adalah perilaku sebagian petani didalam memanfaatkan uang hasil penjualan tembakaunya. Ada yang membeli kulkas (yang lucunya bahkan didesanya belum ada aliran listrik) dan tetiba saja motor dan mobil baru seliweran didesa penghasil tembakau jika musim panen tiba. Pokoknya masyarakat jadi konsumtif mendadak dan membeli apapun yang sebagian besar tidak dibutuhkan.
Dan pada saat musim tanam kembali, dimana diperlukan modal untuk membeli bibit, pemandangan yang sebaliknya akan terjadi. Petani menjual apa saja yang dimilikinya untuk dapat menanam lagi tembakau. Karenanya, banyak barang-barang yang dijual murah.
Cerita yang sama juga ada pada sebagian masyarakat Sulawesi Utara yang terkenal sebagai penghasil coklat yang menunjukkan perilaku yang tidak jauh berbeda ketika petani tembakau Madura musim panen.
Contoh lain mengenai perilaku konsumtif yang terjadi pada masa panen adalah di daerah Karawang dan daerah pantura lainnya di Jawa Barat. Pada musim panen, juga merupakan musim nikahan dengan pesta besar-besaran yang anehnya juga diiringi dengan tingkat perceraian yang tinggi pada saat yang sama.
Ada satu cerita lagi, tentang sifat yang membuat orang terbelit kemiskinan. Ada seorang Kepala Suku di Papua yang kaya mendadak setelah mendapatkan ganti rugi tanahnya dalam jumlah yang besar. Alih-alih untuk menabung, sang Kepala Suku itu malah memilih tinggal di Hotel terbaik di Jayapura sampai uangnya habis. Tiap malam ia habiskan uangnya dengan pesta minuman keras. Dan begitu uangnya sudah habis, ia kembali ke hutan, mencari makan sepeti biasa.
Ada satu sifat yang membedakan antara masyarakat mempunyai sifat ‘miskin’ dan sifat ‘kaya’. Kemampuan untuk mem-planning dan melihat jauh kedepan adalah sifat yang dimiliki oleh orang ‘kaya’, dengan kemampuan planning yang baik, ia akan memprediksi kebutuhan apa yang akan datang, ia mempunyai suatu target gambaran akhir dari suatu perjalanan hidupnya untuk dia dan keluarganya. Sehingga dengannya, ia akan merencanakan kebutuhan dimasa depan, dan dengan sendirinya semua perilaku akan disesuaikan, sehingga ia akan menabung, berinvestasi dan juga berbagi dengan sesama.
Kemiskinan kultural terjadi karena kita mempunyai pesimis, alias penyakit si miskin. Boros, mementingkan hal yg bersifat aksesoris, keinginan pamer, tidak mempunyai harga diri, malas, menunda waktu, tidak punya kepedulian kepada yang lain adalah contoh-contoh dari pesimis.
2. Kemiskinan Struktural.
Semua rasanya sepakat, kalo petani dan nelayan adalah orang-orang yang sangat rajin. Setiap hari mereka membanting tulang pergi ke sawah, menanam, menjaga tanaman dari hama, menyiraminya dan menuainya pada saat panen. Mereka adalah orang-orang yang rajin dan pekerja keras. Sifat itu adalah sifat orang ‘kaya’ semestinya, tetapi kenapa mereka tetap saja miskin?
Kemiskinan yang terjadi pada mereka adalah kemiskinan struktural. Petani dan nelayan di Indonesia bukanlah pekerjaan yang membuat bangga, kehidupan mereka selalu tertindas. Pada saat musim panen, harga hasil pertanian mereka turun drastis, sedangkan pada musim paceklik, justru mereka sendiri tidak dapat menikmati harga komoditi pertanian yang tinggi.
Anehnya, lain di Indonesia, dinegara maju, petani dapat hidup mewah dan juga dipandang sebagai pekerjaan yang dapat juga menghasilkan lebih. Pertanian sudah menjadi suatu industri dengan peralatan pertanian yang modern. Mulai dari membajak sawah, mereka memakai traktor besar, bukan dengan sapi yang sudah ada sejak jaman Mesir kuno, kemudian menyiram tanaman dengan sprinkler yang otomatis menyiram pada saat tertentu. Belum lagi penanganan terhadap hama yang ditangani secara ilmiah dan bersifat lebih prediktif. Dan pada waktu memanenpun, tenaga manusia terasa sangat mahal hanya untuk sekedar memanen, karena semuanya sudah digantikan dengan mesin.
Indonesia adalah negara maritim dengan garis pantai terpanjang di seluruh dunia. Tetapi petani garam bukan mata pencaharian yang dapat meningkatkan harkat dan derajat kehidupannya. Lucunya lagi, Indonesia yang merupakan negara tropis dengan paparan sinar matahari yang cukup malah meng-impor kebutuhan garam dari Australia yang notabene adalah negara sub tropis dengan paparan cahaya sinar matahari yang lebih minim dari Indonesia. Serajin apapun petani garam di Indonesia, secara struktural ia termarjinalkan, dan tidak bisa mengangkat derajat hidup keluarganya dari kemiskinan.
Itulah contoh dari kemiskinan struktural. Kemiskinan yang terjadi karena strukturnya yang tidak memungkinkan ia untuk berkembang. Kemiskinan yang terjadi karena faktor luar yang lebih luas. Meskipun ia mempunyai sifat-sifat yang semestinya membuat ia kaya, tetapi karena strukturnya atau faktor luar yang tidak mendukung, ia tetap akan terbelit dalam kemiskinan.
Untuk penanganan masalah kemiskinan struktural ini, pemerintah harus lebih berperan aktif. Pemerintah harus berpikiran dan mempunyai sifat seperti seorang kaya. Pemerintah harus mempunyai pemikiran jauh kedepan, mempunyai planning dan ‘mimpi’ akhir dari suatu perjalanan bangsa ini, sehingga semua daya dan upaya diarahkan untuk mencapai mimpi tersebut.
Beberapa contoh dibawah menunjukkan peranan pemerintah yang seharusnya dilakukan.
Fadel Muhammad adalah seorang pengusaha yang pernah menjadi Gubernur yang sukses di Gorontalo. Pada saat kepemimpinannya, ia melihat bahwa Gorontalo mempunyai potensi pertanian jagung. Permintaan jagung dunia sangat besar, terutama Jepang, dimana jagung dijadikan bahan mentah untuk pembuatan minyak. Sejak beliau menjadi Gubernur, ia menggalakkan gerakan menanam jagung. Ia berjanji kepada masyarakat agar tidak memusingkan masalah pemasaran, karena ia menjamin semuanya akan terserap dengan harga minimal yang telah ditetapkan. Pemda-lah yang kemudian giat mencari pemasaran keluar negeri. Sebuah sinergi yang sangat baik. Petani yang mempunyai sifat rajin dan hanya tahu bertani saja tetapi tidak mengerti mengenai masalah pemasaran. Sedangkan pemerintahnya bersifat proaktif, mempunyai kemauan yang kuat, dan tidak mementingkan dirinya sendiri. Semuanya kemudian jadi terangkat derajat hidupnya, kemiskinan hanya tinggal cerita. Pemerintah telah memutuskan penghalang seseorang untuk menjadi kaya, kemiskinan struktural berkurang drastis, dan apabila tetap masih ada aja orang yang miskin, hanyalah kemiskinan kultural yang ada.
Pada jaman penjajahan Belanda dengan VOC-nya dulu, ada istilah tanam paksa. Rakyat Indonesia dipaksa menanam jenis tanaman tertentu oleh pemerintah Belanda, semuanya kemudian dikuras untuk diperjualbelikan di pasaran dunia. Rakyat tidak memusingkan lagi jenis tanaman apa yang harus ditanam, karena VOC telah mengatur semuanya. VOC mempunyai kemampuan forecasting jenis tanaman apa yang laku dipasaran, dan juga ditunjang dengan penelitian ilmiah, kira-kira jenis tanaman apa yang cocok ditanam pada suatu daerah.
Pada waktu tersebut, Indonesia terkenal sebagai penghasil karet, gula, kopra, cengkeh, coklat dan tanaman lainnya di seluruh dunia. Rakyat Indonesia tahunya hanya menanam dan untuk pemasaran, Belanda yang mengatur semuanya. Belanda sangat kaya karenanya, banyak gedung-gedung yang dibangun di Belanda karena pengolahan kekayaan bangsa Indonesia itu. Indonesia menyelamatkan negara Belanda dari kebangkrutan karena biaya perang dunia yang sangat mahal.
Sayangnya adalah, karena pada waktu itu kita adalah bangsa terjajah, upah dan hasil tanaman dibeli dengan harga yang sangat tidak layak. Artinya, secara struktural karena kita adalah bangsa yang terjajah, yang dipaksa untuk menerima harga yang ditetapkan oleh si penjajah, maka kemiskinan tetap ada. Sementara Belanda menjual komoditi hasil bumi dengan harga tinggi.
Seharusnya pemerintah sekarang meniru apa yang telah dilakukan pada waktu penjajahan Belanda dulu, tetapi dengan penetapan harga yang wajar.
Pemerintah dengan kebijakannya, harus merubuhkan semua benteng penghalang yang membuat potensi untuk menjadi kaya dari rakyatnya tersumbat. Semoga Indonesia yang alamnya telah kaya tetapi belum mampu mengkayakan penduduknya akan segera keluar dari lingkar kemiskinan.
Selain Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural, ada yang mengatakan bahwa salah satu penyebab kemiskinan adalah Kemiskinan Natural.
Dalam Kemiskinan Natural disebutkan bahwa yang menjadi penyebab dari suatu kemiskinan adalah kondisi alam.
Saya tidak sependapat adanya Kemiskinan Natural. Mengatakan bahwa kondisi alam menjadi salah satu penyebab kemiskinan sangat tidak tepat.
Kita mengetahui bahwa negara-negara yang berada dalam kondisi ekstrim tidak berarti mengalami kemiskinan. Timur Tengah dengan kondisi alam yang sangat tandus justru makmur dengan adanya potensi minyak dan gas. Tetapi perlu diingat, negara Eropa, dengan kandungan migas yang terbatas, justru menjadi leader didalam teknologi eksploitasi minyak dan gas.
Negara Jepang adalah negara yang rawan gempa, tetapi menjadi salah satu negara maju. Disisi lain, banyak daerah yang sebelumnya hijau dan sangat potensial perekonomiannya, tetapi kemudian menjadi gundul dan tandus serta tidak ekonomis lagi, karena salah perencanaan.
Mengatakan Kemiskinan natural sebagai bagian dari penyebab kemiskinan merupakan pembenaran terhadap ketidakberdayaan atau kemalasan manusia.
Didalam Al Quran Surat AN Najm 53: 43-46 dan 48, Allah SWT berfirman:
Dan sesungguhnya Dia-lah yang menjadikan orang tertawa dan menangis. Dan sesungguhnya Dia-lah yang mematikan dan menghidupkan. Dan sesungguhnya Dia-lah yang menciptakan pasangan laki-laki dan perempuan.
-QS An Najm 53: 43-46 –
Dalam ayat tersebut, semua disebutkan secara berlawanan kata: tertawa dan menangis, mematikan dan menghidupkan juga pasangan laki-laki dan perempuan. Yang menarik adalah, pada ayat selanjutnya:
Dan sesungguhnya Dia-lah yang memberikan kekayaan dan kecukupan.
-Qs An Najm 53: 48-
Allah SWT tidak mengatakan bahwa ‘memberikan kekayaan dan kemiskinan’ tetapi ‘Kekayaan dan kecukupan’ karena dengan sifat kasih dan sayang-Nya telah memberikan kekayaan dan kecukupan kepada umat manusia. Apabila terjadi kemiskinan, maka manusialah penyebabnya:
Kebajikan apapun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apapun yang menimpamu itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.
-Qs An Nisa 4: 79-
Dan musibah apapun yang menimpa kamu , adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).
-Qs Asy Sura 42: 30-
Dengan demikian, masihkah kita menyalahkan alam sebagai penyebab dari kemiskinan?
Manusia direncanakan tidak untuk gagal, tetapi manusia-lah yang gagal merencanakan!
ilmu baru lagi…
terima kasih sudah berbagi..^^
Sama-sama, senang bisa berbago 🙂
sangat bermanfaat
Alhamdulillah, jika telah memberi manfaat!
Just share the idea. Thanks!
terima kasih informasi nya… sangat membantu 🙂
Terimah kasih untuk ilmunya ,sangat bermanfaat sekali .