Hangatnya perbincangan mengenai situasi Libya membuat saya teringat kembali pada perjalanan saya mencari Masjid Qaddafy di Sentul setahun yang silam.
Awalnya penasaran, setiap kali lewat tol Jagorawi, jika kita melewati simpang ke arah Sentul City dan melirik kearah kanan jika dari Jakarta, maka akan tersembul suatu bangunan masjid yang megah. Beberapa kali saya mencoba mencari jalan kearah masjid tersebut, tapi tidak ketemu.
Dan pada tanggal 7 Mei 2010, lewat status di akun FB, saya mendapatkan petunjuk arah menuju masjid tersebut dari seorang teman. Untuk mencapainya, keluar di pintu tol Sentul City, kemudian ikuti jalan yang lebih kecil disebelah kiri jalan tol Bogor Outer Ring Road (BORR). Jalan menuju masjid tersebut juga merupakan jalan menuju perumahan Bukit Az Zikra.
Dulu, jelas terpampang tulisan Masjid Qaddafy yang dapat dibaca dengan jelas dari jalan tol. Penamaan ‘Masjid Qaddafy’ itulah yang membuat saya penasaran dan juga tergelitik, ada rasa kurang sreg terhadap penamaan figur tersebut pada sebuah bangunan masjid. Rasa penasaran atas penamaannya dan megahnya bangunan masjid itulah yang membuat saya ingin sekali mengunjungi Masjid Qaddafy.
Dalam opini saya, ada dua hal yang membuat saya kurang sreg atas penamaan ‘Qaddafy’ terhadap bangunan masjid itu. Hal pertama adalah tersirat adanya ‘kultus individu’ terhadap Qaddafy. Ajaran Islam sangat menabukan adanya ‘kultus individu’. Penamaan ‘person’ pada bangunan yang bersifat ‘public’ walaupun dimaksudkan untuk penghargaan, tersirat adanya ‘pengkultusan’, apalagi ‘person’ tersebut masih hidup, akan selalu menimbulkan perdebatan.
Selain bersifat ‘kultus individu’, pemilihan person Qaddafy yang seorang rejim sangatlah riskan tehadap perjalanan waktu. Rejim adalah figur yang selalu tampil multi dimensi. Ada sisi terang dan gelapnya. Betapa banyak contoh, suatu rejim yang dipuja pada masanya, tetapi dicemooh pada masa sesudahnya?
Terbukti, ketika sekarang nama ‘Qaddafy’ menjadi sebuah kontroversi ‘setan’ atau ‘malaikat’kah dia, penamaan masjid itu menjadi sebuah gugatan. Ada sebagian yang menginginkan agar nama masjid itu dirubah. Dari pihak Yayasan Qaddafy Islamic Center menegaskan bahwa penamaan masjid tersebut tidak akan berubah. Anehnya, (semoga saya salah lihat) saya tidak melihat lagi papan nama besar ‘Qaddafy Islamic Center’ dari jalan tol Jagorawi. Sebuah ketidakpercayadirian dari pengurus yayasan (?).
Tanggal 7 Juli 2011, saya lewat tol Jagorawi dan sempat melihat tulisan ‘Qaddafy Islamic Center’ telah ada lagi. Warna tulisan putih dengan latar hijau, beda dengan sebelumnya tulisan warna putih dengan latar coklat bata. Saya rasa lebih baik nama tersebut tetaplah dipakai, sebuah kekonsistenan. Informasi lewat searching di internet saya dapatkan bahwa sebenarnya pihak pemerintah Libya-pun sejak awal sudah tidak menginginkan nama itu dipakai.
Tanggal 31 Juli 2012, saya menyempatkan untuk shalat Ashar disana, ternyata, semua identitas Qaddafy, baik untuk nama Masjid maupun Islamic Center-nya telah diganti menjadi Masjid Az Zikra dan Az Zikra Islamic Center. Sebuah pergulatan untuk sebuah nama!
Tanggal 3 Agustus 2012, kebetulan saya mengikuti shalat jumat di masjid ini, dengan khatib Ust Muh Arifin Ilham. Setelah selesai shalat jumat, beliau menjelaskan tentang adanya perubahan nama tersebut setelah berkoordinasi dengan banyak pihak. Selain itu juga menegaskan, bahwa banyak selentingan yang mengatakan bahwa Muhammad Arifin Ilham telah me’nabi’kan Muammar Qaddafy yang merupakan fitnah kepada dirinya. Penjelasan yang bagus, dan mengakhiri polemik tentang perubahan nama masjid ini,
Masjid adalah rumah Tuhan, yang akan tetap suci walau ada ‘kontroversi’ didalamnya, karena masjid yang sebenarnya ada dalam hati setiap jemaah yang mengunjunginya. Dan harus diakui, Masjid Muammar Qaddafy memang sangat representatif sebagai Islamic Center dan bangunannya memang indah.
Beberapa fakta tentang Masjid Qaddafy:
Masjid ini dibangun dengan bantuan penuh dari World Islamic Call Society (WICS). Besar nilai bantuan untuk pembangunan masjid ini sebesar Rp 50 Milyar. Disamping untuk bantuan pembangunan masjid, WICS juga membiayai biaya operasional kegiatan masjid yang saat ini di bawah Yayasan Qaddafy Islamic Center dibawah pimpinan Ustad Muhammad Arifin Ilham. Hebatnya lagi, meskipun dalam situasi krisis di Libya saat ini, WICS tetap mengirimkan dana untuk biaya operasional masjid ini.
Berdiri diatas tanah seluas 5 hektar, dengan bangunan masjid seluas 12.600 Meter persegi, dan tinggi menara 57 meter, mempunyai 5 kubah dan payung elektrik yang dapat dibuka tutup, masjid ini dapat menampung 20.000 jemaah. Arsitek dari masjid ini adalah Ir Ahmad Fanani yang juga mendesain Masjid Agung Jawa Tengah. Pembangunan dimulai sejak 22 Juli 2007 dan diresmikan 7 Juni 2009 yang dihadiri oleh Wapres Jusuf Kalla.
World Islamic Call Society (WICS) merupakan yayasan sosial yang berdiri pada tahun 1972 atas inisiatif dari Moammar Qaddafy beberapa saat setelah revolusi Libya yang menjungkalkan monarki Raja Idris. Dalam struktur organisasinya diadakan konggres setiap empat tahun sekali yang melibatkan 250 organisasi islam di 80 negara. Dalam konggres kemudian dipilih 36 orang yang mengisi jabatan dalam badan The Islamic Call World Council, yang menentukan arah program dan pencapaian dan misinya.
WICS bergerak dibidang keagamaan, kebudayaan, sosial, ekonomi dan pendidikan. Dalam kiprahnya, WICS telah banyak mendirikan masjid, rumah sakit dan klinik, sekolah dan juga pemberian beasiswa bagi ribuan orang di banyak negara.
Disamping itu, WICS tercatat sebagai anggota peninjau pada UNESCO, UNICEF dan organisasi PBB lainnya. Disamping juga aktif membangun dialog antar agama dengan badan dan organisasi agama-agama lainnya termasuk diantaranya dengan Vatican dan World Council of Churches (please visit http://www.oikumene.org).
(Sumber: Wikipedia, Era Muslim, situs oikumene dan lainnya)
saya takjub dengan keleluasaan qaddhafi menyumbangkan mesjid2 di seluruh dunia. program2 lewat WICS juga bagus.
bila ada wacana penggantian nama mesjid, saya setuju bila alasannya adalah ‘menghindari kultus individu’. dan menurut saya, alasan ini bisa jadi malah bisa diterima oleh mr qaddhafi sendiri… 🙂
namun bila alasannya adalah karena sosok qaddhafi dianggap sebagai diktator, maka saya menolak. saya bukan pemuja qaddhafi, tetapi bagi saya seorang qaddhafi masih jauh lebih baik daripada seorang obama…. ini adalah persepsi pribadi saya.
Salah seorang pengurus Az Zikra (Ustad Denny Ernadie) menyampaikan bahwa sebenarnya dari pihak Libya-pun keberatan atas penamaan ‘Qaddafy’ pada Islamic Center tersebut.
Penamaan itu menunjukkan sikap mental ‘inferiority complex’, tapi akan lebih parah lagi apabila diganti karena terbawa isu Qaddafy yang diktator (yang masih debatable), karena hal itu menunjukkan defeated mentality atau ‘mental pecundang’..