Akal adalah sarana mencari kebenaran, tapi bukan sumber kebenaran…
Siapa yang tidak mengenal Nabi Ibrahim, beliau dikenal sebagai Bapak Ketauhidan karena dari keturunan beliaulah lahir para nabi yang melahirkan agama besar di dunia, Yahudi, Nasrani dan disempurnakan dengan agama terakhir: Islam.
Didalam pencarian mencari tuhan-nya, berdakwah pada kaumnya maupun berdebat dengan raja Namrudz, Allah SWT menggambarkan dalam Al Quran, betapa Nabi Ibrahim menggunakan akal dan logikanya sebagai sarana untuk mencari kebenaran.
Didalam pencarian Tuhan misalnya, beliau mengamati alam semesta sebagai sarana menuju keyakinan dirinya:
Dan demikianlah Kami memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan (kami yang terdapat) dilangit dan dibumi, dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.
Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku” Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata “Aku tidak suka kepada yang terbenam”
Lalu ketika dia melihat bulan terbit dia berkata “Inilah Tuhanku” tetapi ketika bulan itu terbenam dia berkata “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”
Kemudian ketika dia melihat matahari terbit dia berkata “Inilah Tuhanku, ini lebih besar”. Tetapi ketika matahari terbenam dia berkata “Wahai kaumku! Sungguh aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”
Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang yang musyrik.
-QS Al An’am (6):75-79-
Selain didalam pencarian terhadap Tuhan-nya, didalam berdakwah, Nabi Ibrahim juga selalu mengajak untuk menggunakan logika didalam berpikir untuk mencari kebenaran, seperti misalnya waktu berdebat dengan penguasa setempat waktu itu, Raja Namrudz:
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya karena Allah telah memberi memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata “Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan” dia berkata “Akupun dapat menghidupkan dan mematikan*”, Ibrahim berkata “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat” maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
-QS Al Baqarah (2):258-
* Pada waktu itu yang dimaksud oleh Raja Namrudz dengan menghidupkan adalah membiarkan hidup dan yang dimaksudkan dengan mematikan ialah dengan membunuhnya.
Juga ketika berdakwah dengan kaumnya, pada waktu menghancurkan berhala-berhala, Ibrahim sengaja membiarkan satu berhala yang paling besar untuk dijadikan dasar berpikir bagi mereka:
Mereka bertanya, “Apakah engkau yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami, wahai Ibrahim?”.
Dia (Ibrahim) menjawab, “Sebanarnya (patung) besar itu yang melakukannya, maka tanyalah kepada mereka, jika mereka dapat berbicara”.
Maka mereka kembali kepada kesadaran dan berkata “Sesungguhnya kamulah yang menzalimi (diri sendiri)”.
Kemudian mereka menundukkan kepala (lalu berkata), “Engkau (Ibrahim) pasti tahu bahwa (berhala-berhala)itu tidak dapat berbicara”.
Dia (Ibrahim) berkata, “Mengapa kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun, dan tidak (pula) mendatangkan mudarat kepada kamu?
-QS Al Anbiya (21):62-66 –
Dan satu hal lagi, Ibrahim adalah orang terpilih menjadi Rasul penyampai ketauhidan kepada manusia, walaupun begitu, akal dan logika Ibrahim yang sangat kritis masih saja meminta Allah untuk menunjukkan tanda kebesaran-Nya:
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap)”. Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan diatas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.
-QS Al Baqarah (2):260-
Untuk manusia sekelas Nabi Ibrahim saja yang ketauhidannya tidak diragukan masih meminta Allah untuk menunjukkan ke Mahaperkasaann-nya, apalagi manusia seperti kita. Allah banyak memberikan tanda-tanda kekuasaannya, pada setiap ciptaan-Nya, dan untuk itulah Allah menantang manusia untuk berpikir!
Banyak sekali ayat didalam Al Quran yang selalu diselipin dengan kata-kata ‘.. bagi orang-orang yang berpikir!’ atau ‘… bagi orang-orang yang berakal!’. Kata-kata seperti itu seakan menantang manusia untuk selalu menggunakan akal dan pikirannya untuk menyelami tanda-tanda kebesaran Allah melalui penciptaan makhluknya.
Didalam Al Quran sendiri, ayat-ayat kauniyah atau ayat-ayat mengenai alam semesta dan isinya mempunyai porsi yang lebih banyak dibandingkan dengan ayat-ayat fiqih (hukum). Ada lebih dari 750 ayat di dalam Al Quran yang termasuk klasifikasi ayat-ayat kauniyah, bandingkan dengan sekitar 150 ayat didalam Al Quran yang berkaitan dengan fiqih.
Itulah Al Quran, yang isinya merupakan mukjizat, untuk kita dalami, sehingga menuju kepada suatu kesimpulan: Maha Besar Allah, Allah Maha Esa, Tiada tuhan selain Allah!
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
-QS Al Mujadalah (58):11–
post jum ‘at…… 🙂