Ruh dan Gerakan…

Setiap perbuatan manusia mengandung dua elemen, yaitu Ruh dan Gerakan. Kalau Gerakan bersifat fisik dan kasat mata, maka sebaliknya dengan Ruh, dia bersifat internal dalam diri manusia, non fisik dan karenanya tidak terlihat oleh mata.

Ruh walaupun tidak terlihat, mempunyai sifat yang lebih kompleks. Didalamnya ada motivasi, niat, kepentingan, ambisi, intrik, mood dan sebagainya yang dilahirkan oleh akal, hati nurani dan jiwa manusia.

Sedangkan Gerakan, bersifat lahiriah. Dia dapat berupa tindakan, hasil karya dan ucapan.

Ruh sangat mempengaruhi Gerakan. Karena Gerakan terlahir dengan adanya Ruh.

Sebuah karya tulis misalnya, novel ‘Laskar Pelangi’ sebagai contoh, yang telah dibaca oleh jutaan pembaca seluruh dunia itu, novelnya itu sendiri, fisik dari novel itu adalah sebuah Gerakan dari penulisnya. Sedangkan cerita yang ada didalamnya merupakan Ruh sang penulis, dimana penulisnya menggambarkan sebuah cerita sangat detail dan penuh dengan perasaan, penggambaran sebuah mimpi yang menjadi nyata ditulis dengan baik sekali.

Mungkin sebagian orang menyamakan isi dengan ruh, padahal sebenarnya sangatlah berbeda. Contoh yang baik mungkin dapat kita lihat jika memperbandingkan antara batik tulis dengan tekstil motif batik atau batik cetak. Motifnya atau isinya sama,  tetapi yang satu adalah batik tulis dan yang lain adalah batik cetak.

Kalau Batik Tulis dibuat dengan tulisan secara tradisional, satu persatu untuk setiap kainnya. Pada batik tulis terdapat ruh dari pengrajinnya, melahirkan setiap lembar kain batik yang otentik dan tidak ada duanya. Sedang untuk batik cetak, gambarnya telah dibuat sebelumnya dalam sebuah cetakan ataupun diprogram dikomputer, kemudian tinggal dicetak pada ribuan lembar kain sesuai dengan yang diinginkan dengan gambar yang persis sama. Batik cetak tidak mempunyai ruh, karena diproduksi oleh sebuah mesin pembuat massal.

Gerakan bisa saja terlihat sama, tetapi terlahir dari ruh yang berbeda. Misal, jika kita melihat sebuah gerakan ‘Pengobatan Massal Gratis’ yang dilakukan oleh (misal) Alex Noerdin bertepatan dengan pencalonan dirinya untuk Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017, maka ruh-nya sudah pasti berbeda dengan ‘Pengobatan Massal Gratis’ yang dilakukan oleh sekumpulan mahasiswa sebuah universitas.

Saya sering mengamati perilaku para demonstran pada sebuah unjuk rasa. Perilaku setiap demonstran sepintas mungkin terlihat sama, tetapi ruh dari masing-masing demonstran berbeda-beda. Para demonstran ada yang mendapatkan bayaran untuk berdemonstrasi, walaupun tidak tahu mendalam mengenai tema demonstrasinya itu, tetapi ada juga demonstran yang memang berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, dengan cara berdemonstrasi.

Pada perang Vietnam misalnya, dua kekuatan saling berperang mengangkat senjata. Ada prajurit Amerika yang ditugaskan oleh negaranya untuk berperang, dan ada pejuang Vietnam yang dengan gigih angkat senjata membela negaranya. Keduanya melahirkan gerakan yang sama, bertempur! Tetapi ruh pada keduanya sangatlah berbeda, yang satu karena ditugaskan dan yang lain karena membela negaranya.

Konsistensi dan stamina dari suatu gerakan sangatlah bergantung pada ruh didalamnya!

Bahkan, untuk gerakan yang dipandang sederhana, sebuah ucapan, untuk sebuah kesaksian dengan pengucapan kalimat tauhid ‘Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadur rasulullah’ yang merupakan hal yang paling elementer didalam memeluk agama islam, ruh didalam setiap orang yang mengucapkan sangatlah berbeda-beda.

Ada yang mengucapkan karena akan menikah dengan pasangannya yang beragama Islam, ada yang tidak tahu kenapa karena sejak lahir sudah mengucapkan dan diajarkan berkali-kali, tetapi ada juga yang penuh dengan keyakinan dan mengimani untuk mengucapkan kalimat tersebut.

Setiap ibadah yang ada dalam Islam, shalat, puasa, zakat dan naik haji, didalamnya terdapat ruh dan gerakan.

Gerakan shalat semuanya sama, tetapi ruh orang yang menjalankannya berbeda-beda. Ada yang terlihat terburu-buru, ada yang shalat pada ujung waktu dan ada juga yang menjalankannya dengan khusuk dan penuh dengan kenikmatan.

Pada waktu bulan Ramadlan, umat islam melaksanakan puasa sebulan penuh, dari sebelum matahari terbit sampai matahari terbenam, semuanya sama gerakannya untuk seluruh dunia, tetapi ruh yang melaksanakannya berbeda-beda. Semua terlihat menahan lapar dan haus, tetapi kita tidak tahu pada apa yang terdapat didalam hati setiap muslim yang menjalankannya.

Jutaan orang beribadah haji ke baitullah, semua gerakannya sama, ada thawaf, sa’i, bermalam di Mina, melempar jumrah dan sebagainya, tetapi ruh tiap orang yang melaksanakannya berbeda-beda.

Jika gerakan bisa sangatlah terbatas, karena tergantung dari sumber daya yang dimiliki oleh setiap manusia, maka tidak untuk ruh!

Manusia bisa kaya atau miskin, bisa cacat atau terlahir sempurna, bisa tua atau muda dan bisa sehat ataupun sakit, itulah yang bisa membedakan dari suatu gerakan orang perorang.

Seorang yang kaya dengan memasukkan infak Rp. 10.000,- pada kotak amal Jumatan, tentu mempunyai ruh yang berbeda jika hal yang sama dilakukan oleh seorang yang sederhana dan pas-pasan.

Jika penilaian manusia terhadap suatu perbuatan orang lain bisa tertipu dengan hanya melihat dari gerakannya atau lahirnya saja, maka tidak untuk Allah SWT, karena apa yang ada didalam hati dan tidak terlihat itu jauh lebih penting!

Dan sesungguhnya Tuhan-mu, benar-benar mengetahui apa yang disembunyikan hati mereka dan apa yang mereka nyatakan.

-Qs An Naml (27):74-

Iklan
Pos ini dipublikasikan di Renungan dan tag , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s