Tiran…

Ketika orang-orang menyingkir untuk memberikan ruang pada presiden baru Mesir pada waktu dia mau shalat berjemaah, presiden Morsi berkata ‘Kau hendak menciptakan tiran?’

Yah, apa yang dikatakan oleh Morsi benar. Selain faktor pribadi yang membuat seseorang menjadi tiran, faktor lingkungan sekitar sangat mempengaruhi juga untuk membuat seseorang mabuk kekuasaan dan akhirnya menjadi seorang tiran.

Tiran adalah seseorang yang menjalankan kekuasaan dengan sewenang-wenang, dibawah pemerintahan seorang tiran, kedaulatan rakyat akan hilang. Baginya ‘Negara Adalah Saya’ atau ‘Hukum Adalah Saya’. Dalam berbagai skala dan ukuran, sikap tiran kerap ditunjukkan oleh seorang pemimpin dalam beberapa segi.

Tanpa terasa, sering perilaku kita yang membuat seseorang menjadi tiran. Inilah perilaku-perilaku dari lingkungan sekitar yang membuat seseorang bermetamorfosis menjadi seorang tiran:

Perlakuan penghormatan yang berlebihan. Seperti contoh perlakuan orang-orang di mesjid terhadap presiden Morsi tersebut, maksud orang-orang sekitar mungkin untuk memberikan penghormatan, tetapi hal itu berlebihan. Dan, apabila perlakuan penghormatan tersebut dialami oleh orang yang tidak seperti Morsi, perlakuan ini seperti sebuah penghargaan, dan dia akan menikmatinya sebagai suatu kebanggaan. Lama-lama akan merasakan sebagai suatu kebiasaan, dan terakhir, ia akan menuntut untuk diperlakukan seperti itu.

Sebagai contoh, jika mulanya ia menikmati protokoler sebagai presiden seperti pengawalan, tinggal di istana dengan semua fasilitasnya, lama-lama, bagi orang tertentu akan membentuk perilaku tiran dan membuat ia menuntut lebih seperti fasilitas yang sama untuk keluarganya, dan kemudahan fasilitas untuk didahulukan atau diprioritaskan di semua urusan dan bisnis.

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.

-Qs At Takaatsur (102):1-

Kultus individu. Ada kalanya seseorang dianggap sangat berjasa dan dapat memecahkan banyak permasalahan hidup dan manfaat bagi orang lain. Orang tersebut kemudian dipuja bahkan walaupun orang tersebut sudah tiada. Kultus individu disini berlaku pada orangnya, atau personalnya, bukan pada spirit dan ideologinya. Itulah yang kemudian menciptakan tiran! Ingat, fenomena Tiran tidak hanya terjadi pada dunia politik saja. Pada lingkungan sosial keagamaan hal ini juga sangat sering terjadi. Banyak orang-orang yang mengaku sebagai nabi, dari jaman dahulu sampai jaman modern, yang hal itu kadang diawali dari kultus individu terhadap orang tersebut dari lingkungan sekitarnya.

Menyadari hal itu, islam sebagai agama terakhir tidak ingin mengulangi kesalahan yang sudah terjadi pada jaman-jaman sebelumnya. Sampai hal yang sekecil apapun, kemungkinan untuk kultus individu dicegah agar tidak terjadi. Nabi Muhammad sebagai utusan Allah, tidak boleh tergambarkan secara visual, karena yang paling utama dari sosok nabi Muhammad adalah ideologi yang disampaikan, bukan personal fisiknya.

Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?

-Qs Al Imran (3):144-

Perilaku ‘menjilat’ dari orang-orang dekat sekitarnya. Orang-orang disekitar seorang tokoh kadang adalah orang-orang yang mempunyai agenda sendiri untuk kepentingannya. Mereka merasa nyaman berlindung dibalik ‘ketokohan seseorang’ karena mempunyai keuntungan sendiri. Karenanya, ‘mata dan pendengaran’ dari ‘tokoh’ tersebut harus difilter sehingga informasi yang ia terima hanyalah yang menyenangkan buat dirinya. Dan sudah menjadi sifat dari manusia kebanyakan, yang hanya mendengar apa yang ia ingin dengar, bukan mendengar apa yang harus ia dengar, sehingga perilaku para penjilat untuk membuat informasi yang ‘asal bapak senang’.

Itulah perilaku seorang penjilat, seorang munafik! Jika kita mempunyai banyak teman yang berlaku sebagai penjilat dan munafik, kemudian kita menjadi seorang tokoh, maka berhati-hatilah! Ia akan meninabobokan kita, dan akan membuat kita menjadi seorang Tiran untuk kepentingan mereka! Dan pada saatnya sang tiran telah jatuh, dengan sangat mudahnya mereka akan meninggalkannya.

Mungkin masih segar dalam ingatan kita, waktu jaman Pak Harto memimpin, sering kita mendengarkan adanya ‘Kebulatan Tekad’ yang diorganisir oleh kelompok tertentu setiap menjelang pemilu. Kebulatan tekad tersebut untuk mendukung agar pak Harto tetap memimpin untuk periode selanjutnya, walaupun ternyata situasi dan kondisi telah berubah, dan tidak mencerminkan ‘Kebulatan Tekad’ yang sesungguhnya dari seluruh lapisan masyarakat. Itulah yang termasuk gerakan ‘menjilat’ yang dilakukan oleh orang-orang munafik. Dan pada saat Pak Harto jatuh, sebegitu mudahnya orang-orang munafik tersebut berganti baju menjadi seorang reformis yang memang sedang trend pada saat itu. Perilaku orang munafik ini persis seperti yang ditunjukkan didalam Al Quran:

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab: ‘Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya kamipun akan keluar bersamamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu.’ Dan Allah menyaksikan bahwa sesungguhnya mereka benar-benar pendusta.

Sesungguhnya jika mereka diusir, orang-orang munafik itu tidak akan keluar bersama mereka, dan sesungguhnya jika mereka diperangi, niscaya mereka tidak akan menolongnya; sesungguhnya jika mereka menolongnya, niscaya mereka akan berpaling lari ke belakang; kemudian mereka tidak akan mendapat pertolongan.

-Qs Al Hasyr (59):11-12-

Sikap ‘bodoh’ dan apatis. Seorang tiran akan lebih mudah terlahir dari sebuah lingkungan yang bodoh dan apatis. Tiran lebih banyak timbul di negara-negara yang masyarakatnya masih bodoh dan juga apatis. Tiran ingin melanggengkan kultus terhadapnya, dan karenanya lebih suka memelihara ‘kebodohan’ rakyatnya. Akses yang membuat rakyatnya cerdas oleh seorang tiran akan ditutup. Tiran hanya ingin menciptakan ‘robot-robot’ dari rakyatnya yang patuh terhadapnya.

Seorang yang bodoh, sebenarnya memerlukan seorang figur ‘pembebas’ yang bersifat luar biasa. Dengan ‘kebodohan’-nya, mereka berfantasi bahwa figur pembebas itu haruslah ‘manusia setengah dewa’, yang dengan kuasanya dapat banyak melakukan sesuatu yang terlihat luar biasa. Karena itu, seorang tiran sering menciptakan rumor tentang ‘keluarbiasaan’ dirinya, dan suka menggunakan simbol-simbol yang dapat membedakan antara dirinya dan rakyatnya, seperti pakaian, kendaraan, rumah yang semuanya harus terlihat luar biasa!

Orang-orang bodoh lebih melihat ‘kemasan’ daripada ‘isinya’. Mereka akan mempertanyakan jika ‘pemimpin’-nya terlihat sederhana dan seperti orang kebanyakan. Bahkan, utopia mereka, bahwa ‘pemimpin’ itu bukan terlahir dari manusia! Pada jaman Nabi Muhammad SAW, hal yang sama yang ditanyakan oleh orang bodoh, ketika mengetahui bahwa Rasulullah SAW adalah manusia biasa yang melakukan perbuatan-perbuatan sebagaimana layaknya orang kebanyakan:

Dan mereka berkata: “Mengapa rasul itu memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama- sama dengan dia?

-Qs Al Furqaan (25):7-

Jadi, janganlah kita berperilaku yang dapat mendorong seseorang tumbuh menjadi seorang Tiran!

Iklan
Pos ini dipublikasikan di Opini dan tag , . Tandai permalink.

2 Balasan ke Tiran…

  1. hafiz berkata:

    tulisan yang luar biasa pak … 🙂 bermanfaat …

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s