Memandang sawah adalah memandang kedamaian,
Pak Tani yang rajin menunggui padinya menguning, yang bekerja tanpa pamrih, karena hasil yang dijual tanpa bisa menentukan sendiri harganya, dipermainkan oleh orang-orang yang rakus dunia.
Peluh Pak Tani tanpa kepalsuan, bekerja menyongsong hari mulai dari pagi yang petang. Bekerja seirama dengan perputaran bumi, tanpa bersiasat yang rumit, untuk menangguk keuntungan selangit, seperti para pekerja kota yang wangi.
Memandang sawah seakan memandang lukisan, yang pernah menjejali pikiran setiap orang diwaktu kecil,
Ada gunung, awan, hamparan padi dan para petani. Ada jerami yang dibakar, burung-burung yang berkicauan dan juga kali yang mengalir jernih.
Jiwaku ingin berada disana, selamanya!
Malang, 2 November 2012
—–
Pemandangan sawah diwaktu pagi dan siang di daerah Kepanjen – Malang.