Dan ketika akan menyinggung tentang kelakuan para anggota DPR, tiba-tiba Direksi saya waktu itu, memerintahkan wartawan agar ‘off the record’. Saat itu semua karyawan yang berada dikantor pusat, dikumpulkan oleh Direksi, untuk mendapatkan update terbaru mengenai perkembangan perusahaan. Dirut waktu itu menceritakan bagaimana ‘liat’nya lobby yang dilakukan dengan DPR agar perusahaan kita yang BUMN ini mendapatkan suntikan dana untuk pengembangan perusahaan kedepan.
Saya teringat kejadian itu, ketika sekarang Dahlan Iskan menggebrak pemberitaan Indonesia dengan adanya oknum pemeras di DPR.
Yang mendengar ‘curhat’ dari Direksi itu berjumlah ratusan karyawan. Mereka sadar kalau apa yang dilakukan oleh para oknum DPR itu adalah sebuah kedzaliman, tetapi tidak ada yang mampu berteriak seperti Dahlan Iskan, termasuk saya!!
Banyak kejadian lain yang serupa, dengan aktor yang berbeda, tetapi intinya sama: korupsi!
Suatu hari saya diajak atasan saya untuk menemui seorang petinggi instansi keamanan pemerintah. Sebelumnya saya sudah diberitahu oleh atasan saya, kalo mereka akan membicarakan mengenai ‘uang titipan’ pada proyek perbaikan sebuah alat yang akan ditangani perusahaan tempat saya bekerja. Saya mendengar sayup-sayup pembicaraan mereka yang terlihat alot. Dan ketika pulang, atasan saya sekilas bercerita, kalo mereka minta tambahan ‘uang titipan’ tersebut, untuk dimasukkan sebagai harga dari proyek ini. Hhhmmm, jelas saya melihat kalo itu sebuah perbuatan yang tidak benar, tetapi saya tidak mampu berteriak seperti Dahlan Iskan!!
Suatu hari pula, saya diundang menghadiri sebuah rapat dengar pendapat dengan sebuah komisi dari sebuah dewan legislatif provinsi. Lama menunggu kehadiran para anggota dewan, kamipun sudah terlihat gelisah. Dan akhirnya, salah seorang kepala dinas yang mendampingi kami dipanggil oleh salah seorang anggota dewan. Sang kepala dinas, setelahnya menginformasikan kepada kami, bahwa rapat dengar pendapat ditiadakan, dan sebagai gantinya, mereka minta ongkos perjalanan ke Jakarta. Hhmmm, lagi-lagi saya tidak mampu berteriak untuk kedzaliman yang sudah didepan mata, tidak seperti Dahlan Iskan!!
Cerita lain yang senada, banyak!! Saya hanya mampu ‘berteriak’ dalam hati, dan berjanji untuk tidak melakukannya serta mencegah hal itu tidak terjadi dilingkungan kerja saya, sebisanya…
Saya tidak mampu berteriak seperti Dahlan Iskan, karenanya teriakan Dahlan Iskan adalah representasi dari ‘teriakan’ saya dan juga jutaan orang lainnya di Indonesia yang tersumbat di tenggorokan dan tidak mampu keluar berupa kata!
Dahlan Iskan, maju terus, Indonesia akan maju sejahtera tanpa korupsi!!
sudah gak bisa teriak lagi karena sudah frustasi….
Salah tata bahasa. Saya sudah nggak bisa teriak lagi. Pun kalau teriak di sosial media yang nggak akan merubah sesuatu. Saya sudah frustasi dengan negeri ini..
Iya Sis, seperti berteriak pada batu saja. Untunglah ada Dahlan Iskan, sehingga dapat mewakili suara kita semua untuk kebaikan negeri ini…