Berhemat!

eco green

Eropa dan Amerika sedang mengalami krisis. Negaranya sedang berhemat. Warganya juga disuruh berhemat. Karena mereka adalah negara-negara makmur, mungkin istilah ‘mengencangkan ikat pinggang’ bagi mereka kuranglah pantas. Berhemat bagi mereka, adalah dengan mengurangi pengeluaran yang bersifat sekunder dan tersier, sedangkan berhemat bagi negara berkembang sudah mengurangi jatah kebutuhan pokok, sehingga ikat pinggang harus lebih dikencangkan lagi.

Karena berhemat, pengeluaran mereka dibidang property dan real estat, wisata keluar negeri, mobil dan kebutuhan sekunder lainnya jadi berkurang. Tetapi yang mereka cemaskan adalah angka pengangguran yang semakin tinggi. Di Amerika angka pengangguran mencapai lebih dari 7% angkatan kerja, sangat mungkin akan naik jika keadaan tidak banyak berubah dalam beberapa tahun ini. Apabila angka pengangguran semakin meningkat, perekonomian juga tidak beranjak naik, penghematan yang mereka lakukan akan lebih kencang lagi, dan tidak mustahil sampai menyentuh kepada penghematan kebutuhan pokok.

Krisis membuat kita akan melakukan penghematan. Krisis juga menyadarkan kita untuk berlaku tidak berlebihan, dan sadar bahwa untuk tiap gerakan dari keinginan itu membutuhkan biaya.

Beberapa tahun silam, saya pernah bekerja di suatu perusahaan yang sedang melakukan penghematan besar-besaran. Semua ide-ide tentang penghematan di keluarkan untuk dilaksanakan, dan hasilnya juga mencengangkan, bisa mengurangi pengeluaran yang cukup signifikan! Untuk penghematan ini, saya membaginya dalam 3 kategori:

Reuse: Barang-barang yang masih bisa dipakai, maka kita manfaatkan lagi. Sering kita menggunakan kertas hanya satu sisi saja, dan kemudian membuangnya, dengan menghemat maka kertas-kertas yang masih mempunyai satu sisi kosong kita manfaatkan lagi. Juga untuk amplop-amplop, kalo hanya untuk internal memakai amplop yang sudah bekas saja, toh kita hanya perlu bungkusnya saja. Masuk dalam kategori reuse adalah refill, atau mengisi ulang. Barang-barang seperti catridge kosong untuk printer, peralatan toilettries seperti sabun cuci tangan, pengharum ruangan, cukup dengan mengisi ulang tanpa membeli kemasannya lagi.

GambarReduce: Atau mengurangi pemakaian, mengatur pemakaian bahkan menghilangkannya. Telpon yang semula tidak diberi timer, sekarang diberi timer pembatas waktu, sehingga kita akan langsung ke sasaran apabila akan berkomunikasi. Elevator diprogram hanya melayani penghuni dilantai 3 keatas. Elevator juga hanya dihidupkan sebagian. Pengering tangan yang biasanya diberada di tiap toilet dihilangkan, dryer ini memakan energi yang sangat banyak, dan diganti dengan lap handuk yang digantung ditiap washtafel. Perjalanan dinas dikurangi, dan mengoptimalkan email serta teleconference. Bahkan pada waktu itu, jam kerja dibatasi, lembur memang hanya untuk yang benar-benar urgent. Hari kerja juga digilir, seminggu masuk dan seminggu libur. Dengan pengaturan pola kerja seperti itu, biaya beban listrik, transportasi dan lembur jauh berkurang. Suhu AC juga dikurangi, menjadi sekitar 25-260C. Printer di-set untuk mencetak dengan ketebalan tinta yang ekonomis. Bahkan, sekarang sudah ada lho, font khusus yang diyakini mengirit tinta sampai 20%, karena berperforasi atau berlubang-lubang. Font hemat tinta itu bisa di download di link ini.

Recycle: Atau didaur ulang. Barang-barang yang sebelumnya dibuang begitu saja, sekarang dilihat dulu, karena ternyata masih mempunyai nilai ekonomis. File-file jaman baheula yang numpuk diruangan juga dikurangin, dipilah dan dipilih mana yang sudah bisa dibuang. Kertas bekas foto kopian yang rusak juga dikumpulin. Catridge dan toner yang kosong ternyata juga masih dijual. Karena bisa dijual, dan ternyata lumayan (lumayan menghasilkan uang dan juga bikin ruangan tidak sumpek) kadang sampai kebablasan maunya dijual semua. Hehehehe.

Prinsip Reuse, Reduce dan Recycle itulah yang diterapkan untuk melakukan gerakan penghematan dikantor kami tersebut. Prinsip tersebut juga bisa dipakai dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita hanya mengeluarkan biaya untuk hal yang menjadi ‘kebutuhan’ kita dan bukan semua ‘keinginan’ kita.

Pelajaran dari krisis tersebut, tempat kantor saya mengadakan penghematan besar-besaran, mengajarkan kita untuk berhemat, walau dalam situasi yang tidak krisis. Kita juga menjadi sadar biaya, bahwa setiap gerak dan perilaku kita akan menimbulkan konsekwensi biaya pada akhirnya. Dengan ‘keterpaksaan’ untuk menghemat akan melatih kita memutar otak mengoptimalkan apa yang ada dan meminimalisasi pengeluaran, yang kemudian nantinya dari ‘keterpaksaan’ akan menjadi ‘kesadaran’ untuk berhemat. Kalau gerakan menghemat dilakukan secara massal, akan lebih sedikit hutan yang rusak, lebih sedikit bahan bakar yang terpakai, lebih sedikit barang tambang seperti kaca, tembaga, aluminium yang ditambang, lebih sedikit air yang tercemar, lebih sedikit polusi yang dikeluarkan dan kita akan mewariskan bumi yang lebih hijau dan kehidupan yang lebih sejahtera buat generasi penerus.

Dan, sejatinya perilaku menghemat, tidak identik dengan perilaku ‘orang miskin’, bahkan sebenarnya kebalikannya, karena berhemat kita akan menjadi kaya. Buktinya, jalanan macet biasanya malah ada dinegara berkembang, dimana kemacetan itu sendiri merupakan pemborosan, sedang dinegara maju, kebanyakan warganya malah menggunakan angkutan umum sehingga lebih hemat dan juga akan membuat jalanan lebih lancar, dengan jalanan lancar, banyak urusan juga menjadi lancar!

Suatu penelitian menunjukkan, bahwa rata-rata orang miskin yang perokok menghabiskan uang untuk merokok sampai sekitar 15-20% dari total penghasilannya. Pengeluaran itu jauh lebih besar dari pengeluaran untuk beli daging, susu ataupun telor untuk dikonsumsi bersama keluarga. Sering juga kita melihat, bagaimana orang-orang yang kita melihatnya seperti ‘kekurangan’, tetapi boros didalam penggunaan air, listrik, kertas, makanan dan lainnya. Sehingga sebenarnya ‘hemat’ adalah sebuah perilaku atau gaya hidup!

Iklan
Pos ini dipublikasikan di Opini dan tag , , , , , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s