Harga bawang putih meroket, biasanya hanya dibawah Rp 20 ribu per kilogram, tetapi sekarang mencapai lebih dari Rp 100 ribu di beberapa daerah.
Yang bikin miris, kemudian terungkap, kebutuhan bawang 95% adalah import. Hanya 5% kebutuhan yang dipenuhi dari petani dalam negri, hhmmmm, speechless!!
Kalo dulu Indonesia termasuk dalam negara eksportir minyak dan masuk dalam keanggotaan OPEC, sekarang sudah keluar, karena menjadi negara importir minyak. Produksi minyak dalam negri hanya memenuhi kebutuhan kurang dari 60%, sisanya impor!
Dan, rasanya Indonesia sudah bukan negara agraris lagi! Semua kebutuhan pangan harus impor dari luar. Mulai dari garam, daging, bawang putih, bawang merah, beras, gula, dan entah apalagi, itu hanya yang saya ketahui. Yang saya ketahui, dari pemberitaan di media, setelah biasanya ribut menjadi topik berita karena komoditinya yang kadang menjadi langka!
Tindakan pemerintah sangat bersifat jangka pendek. Kalo terjadi kelangkaan barang, ya impor!
Sebaiknya, pemerintah lebih mengutamakan penyelesaian yang bersifat jangka panjang. Untuk kasus bawang misalnya, harga yang melangit jangan tiba-tiba dijadikan pembenaran untuk mengimpor bawang lebih deras lagi, tapi jadikan momentum ini untuk menggairahkan minat petani lokal untuk mananam bawang.
Apa salahnya kita ‘hemat’ untuk mengurangi konsumsi makan bawang! Rasanya tidak akan mengganggu kesehatan jika kita mengurangi konsumsi bawang. Dan apabila kita sudah terbiasa dengan bumbu bawang, kemudian kita mengurangi untuk memakainya, juga tidak perlu waktu lama untuk beradaptasi dengan citarasa makanan yang baru tersebut.
Biarkan petani lokal menikmati kenaikan harga ini yang tidak setiap saat (walaupun sebenarnya tidak sepenuhnya dinikmati oleh petani). Dengan harga bawang yang tinggi, para petani akan bergairah untuk menanam bawang lebih banyak lagi. Produksi yang banyak, akan menyeimbangkan kembali supply and demand pada harga yang ekonomis.
Masa tanam bawang hanya sekitar 60 hari, bukanlah waktu yang lama! Indonesia mempunyai lahan yang amat sangat luas dengan sumber daya manusia yang melimpah! Tugas pemerintah-lah untuk menggerakkan semua potensi itu menjadi hasil yang nyata!
Tugas pemerintah yang utama adalah memberikan harapan-harapan kepada rakyatnya untuk sebuah masa depan yang gemilang, bukan memanjakannya dengan cara memenuhi semua permintaan dari rakyatnya, yang pada akhirnya akan semakin menjerumuskannya. Perlu dikampanyekan untuk berswasembada pangan dan mengutamakan memakai produksi dalam negri.
Mengimpor bawang lebih banyak lagi karena harganya yang meroket tidak akan mengobati luka yang sebenarnya, hanya bersifat untuk menghilangkan nyeri yang sesaat.
Dengan mengimpor bawang, petani bawang lokal akan semakin terpinggirkan. Mereka seakan tidak mempunyai ‘orang tua’ yang melindunginya, karena setiap gejolak harga yang timbul, pemerintah dengan mudahnya berpaling pada petani dari negara lain untuk membeli produknya. Semakin terpinggirkan, dan dipandang sebelah mata oleh bangsanya sendiri! Kalo sudah seperti itu, siapa yang akan bangga untuk menjadi petani?