Pe Ka Es…

Speechless!! Begitulah kalau melihat kondisi PKS saat ini.

Dalam berpolitik, saya bukan orang yang loyal pada satu partai. Biasanya kalo ada Pilkada ataupun Pemilu, saya memilih berdasarkan figur. Bisa jadi untuk DPR partainya beda dengan yang untuk DPRD Tingkat I maupun Tingkat II. Demikian juga untuk Pilkada, saya memilih figur!

Dan PKS, termasuk partai yang sering saya lirik dan untuk beberapa hal mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan partai lain. Referensi yang saya peroleh, bukan hanya saya peroleh dari media, tetapi pengalaman bergaul dengan para anggota dewan dan juga model dari karakter konstituennya. Karena itu, saya sering menempatkan PKS sebagai partai jagoan saya!

Beberapa anggota parlemen yang saya kenal, anggota dari PKS mempunyai ciri yang menonjol. Nih dari yang ‘kecil-kecil’ aja yah, biasanya mereka muda, religius, melek teknologi (terutama IT) dan kebanyakan gak merokok (selama ini saya belum pernah menemui kader PKS yang merokok!). Ciri itu yang membuat saya merasa nyaman dan click untuk mengeksplorasi pengetahuan maupun bertukar pendapat yang berhubungan dengan pekerjaan. Pembicaraan yang terjadi juga lebih bersifat profesional, dalam arti, mereka berdiskusi terbuka dan transparan, tidak menyindir-nyindir tentang uang ‘lain-lain’ yang biasanya sering kita denger apabila berhubungan dengan aparatur negara.

Pernah pada suatu waktu, saya mendapat tugas mengantar rombongan anggota dewan ke suatu daerah dan menginap di daerah tersebut. Pada malam harinya, anggota rombongan dari PKS menanyakan bisa gaknya meminjam mobil, yang katanya akan dipakai untuk bersilaturahmi ke sesama anggota dewan dari PKS yang tinggal didaerah tersebut. Usut punya usut, ternyata di PKS diwajibkan setiap anggota dewannya bersilaturahmi ke anggota dewan setempat bila melakukan suatu kunjungan daerah. Hhmmm, sementara kebanyakan anggota dewan yang lain menanyakan tentang tempat hiburan malam, tempat beli oleh-oleh ataupun tempat kuliner, keinginan anggota dewan dari PKS untuk bersilaturahmi benar-benar membuat saya harus berkata ‘WOW’, hehehe…

Poin utama yang membuat saya simpati pada PKS adalah regenerasi dan pengkaderannya. PKS adalah partai yang bertumpu pada sistem dan bukan pada figur. Nama-nama seperti Aburizal Bakrie, Fadel Muhammad, Agung Laksono,  MS Hidayat sudah sejak jaman Orde Baru muncul, dan rasanya itu-itu saja yang ditampilkan oleh Golkar. Untuk PDIP, bila membicarakan tentang parpol ini, selalu dalam bayang-bayang nama Megawati, Pramono Anung, Tjahyo Kumolo dan terakhir calon pewaris dinasti Soekaro, Puan Maharani. Apalagi untuk partai yang baru, sepertinya hanya terpusat pada figur pendirinya, seperti SBY dengan Demokrat-nya, Wiranto dengan Hanura-nya, Prabowo dengan Gerindra-nya, Yusril dengan PBB-nya dan yang lainnya. Tapi lihatlah PKS, seperti mempunyai kode etik sendiri, Ketua Umum atau Presiden hanya memimpin satu kali saja, jadi meskipun belum berusia 15 tahun (sejak bernama PK), telah melahirkan banyak nama mantan Presiden, yaitu Didin Hafidudin, Nurmahmudi Ismail, Hidayat Nurwahid, Tifatul Sembiring dan LHI (lebih beken inisialnya, hehehehe). Bandingkan dengan PDIP yang masih bertumpu pada nama Megawati, atau partai lain yang masih nama itu-itu saja.

Demikian juga untuk kader yang menjadi mentri, mereka hanya diberi kesempatan sekali oleh PKS, dan setiap kader yang menjabat menjadi mentri, mereka tidak dibebani dengan jabatan struktural partai. Bagaimana Golkar? Sepertinya nama Agung Laksono, Fadel Muhammad dan MS Hidayat, hanya berputar-putar pada nama itu sejak jaman Orba, tidak ada pembaharuan dan kaderisasi.

Untuk kegiatan yang sifatnya sosial, seperti penanganan bencana alam, kader PKS biasanya selalu berada didepan dan selalu menolong pada saat saat pertama musibah itu terjadi. Dan itu dilakukan walaupun masih jauh dari musim kampanye.

Kader PKS yang menjabat di pemerintahan-pun, baik sebagai Bupati maupun Gubernur, sedikit sekali yang masuk bui karena kasus korupsi (selama ini yang saya ketahui tidak ada!). Apalagi untuk kasus yang sifatnya asusila dan narkoba, minim sekali!

Dan semuanya berubah, ketika LHI ditangkap untuk kasus suap impor daging sapi. PKS yang mengusung dirinya sebagai partai dakwah menjadi pemberitaan yang heboh. Sangat wajar, karena itulah konsekwensi dari partai dakwah yang memang ‘dikehendaki’ harus bersih! Sebenarnya, pada saat LHI langsung mengundurkan diri sehari sesudah ditangkap, masyarakat masih mengapresiasi pada kode etik partai, yang langsung mengundurkan diri begitu terlibat dalam kasus. Bandingkan dengan partai lain yang biasanya mbulet dan berlarut-larut.

Tapi, setiap hari langkah PKS semakin menunjukkan partai yang galau, yang membuat orang semakin bertanya-tanya, kalau bersih kenapa harus risih?

Dan menjelang kenaikan harga BBM, PKS seperti semakin jauh dari etika. Spanduk-spanduk yang bertebaran dipelosok negeri banyak yang sudah bersifat provokatif dan dipakai sebagai kampanye terselubung, karena sering ada foto calegnya. Sifat itu melebihi PDIP yang jelas menyatakan sebagai partai oposisi.

Walaupun sebagai partai koalisi, PKS sering berseberangan dengan pemerintah. PKS selalu konsisten untuk tidak konsisten. Atau, mungkinkah penentangan tentang kenaikan BBM ini sebagai pengalihan issu korupsi? Sangat pantas kalau publik menduga demikian.

Mungkin, memang sebagian besar (?) masyarakat menolak, dan itu sesuai dengan sikap PKS. Tetapi bukankah PKS adalah partai pemerintah, yang juga menikmati pemerintahan dengan mendudukkan 3 mentrinya di kabinet?

Siapapun, sangat tidak suka dengan kehadiran ‘musuh dalam selimut’. Dan itu akan menjadikan partai lain berhati-hati untuk berkoalisi dengan PKS. Kepada masyarakat, PKS mempertontonkan etika politik yang tidak lazim dan bersifat pembangkangan. Dan, jangan menyalahkan masyarakat, bila masyarakat juga berlaku demikian pada PKS.

Hhmmm, sepertinya PKS akan semakin dijauhi oleh masyarakat bila tidak menunjukkan perubahan yang berarti!

Iklan
Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

4 Balasan ke Pe Ka Es…

  1. ada beberapa kadernya yang sering ngototan muncul di televisi….mangkin aneh, ya….hehehe

  2. A Shiyam berkata:

    Just info, PKS bukan partai dakwah lagi, tapi partai terbuka…

    linknya disini… http://politik.kompasiana.com/2013/05/14/pks-bukan-partai-dakwah-560084.html
    di google lebih banyak lagi…
    Cuplikan…

    PKS sebagai Partai Dakwah sudah berakhir setelah Munas II PKS pada tanggal 17 – 20 Juni 2010 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta. Menjelang pembukaan Munas, Luthfi Hasan Ishaq, Presiden PKS mengatakan, “Apapun agamanya (Yahudi, Nashara, Hindu, Budha) sepanjang memiliki garis perjuangan yang sama, adalah warga PKS”. Luthfi menegaskan ajaran Islam harus menerima pluralitas sebagai kesadaran positif mendorong dinamika kehidupan. Bahwa cita-cita untuk menjadikan PKS sebagai partai terbuka, sejatinya sudah sejak Munas di Bali tahun 2008. Anis Matta (saat itu Sekjend) menambahkan, “Parpol Islam harus tidak lagi menampilkan citra yang kaku, eksklusif dan ideologis, melainkan justru tampil segar, ringan, pluralis”. Dalam Munas II, Fahri Hamzah (wakil Sekjen) mengatakan, “Perubahan substansial harus dilakukan parpol Islam”. Pada saat ini, berakhirlah masa Partai Dakwah. PKS telah berubah menjadi Partai Terbuka yang diorientasikan bagi semua golongan. Apa konsekwesi dari ini semua? PKS membuka diri dengan masuknya anggota dan caleg dari non muslim.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s