Usia…

Usia

“Panjang umurnya, panjang umurnya, panjang umurnya serta mulia, serta mulia… serta mulia…!”. Walaupu itu lagu yang salah kaprah, kayaknya gak bakalan ada yang bisa mengubah deh, hehehe. Jelas salah kaprah, wong umur sudah ditentukan, dan semakin hari semakin berkurang, kok malah dibilang panjang umurnya!

Kalo ada orang yang ngucapin selamat ulang tahun pada kita, misalkan pada saat usia kita sudah 30 tahun, itu artinya mereka mengucapkan selamat atas usia kronologis kita yang sudah berada dibumi selama 30 tahun kalender.

Usia yang dihitung sejak kita dilahirkan dimuka bumi ini sampai kemudian kita meninggalkan dunia ini disebut usia kronologis, atau usia kalender. Detik demi detik, jam, hari, minggu, bulan dan tahun demi tahun kita lalui, sesuai perhitungan kalender, berurutan secara kronologis.

Lain lagi ketika ada orang tua yang memarahi anaknya yang sudah remaja, tetapi masih manja dan kolokan, ia akan berkata “Kamu itu sudah besar, tapi masih kayak anak kecil, masak sudah gede gini masih diurusin semuanya!”. Sang ibu pantas marah, anaknya sudah kuliah, berarti dilihat dari umur kronologisnya sudah diatas 16 tahun, tapi ia masih aja seperti anak kecil, yang harus dingatkan untuk mengerjakan sesuatu dan juga tidak mempunyai rasa tanggung jawab.

Umumnya pertambahan usia kronologis dibarengi dengan kematangan usia psikologis. Tetapi tidak sepenuhnya begitu, ada orang yang meskipun berusia ‘tua’ tetapi juga belum ‘dewasa’. Bukankah kita sering melihat, orang yang sudah tidak bisa dibilang muda, tetapi masih kolokan, bekerja seenaknya sesuai mood, easy going dan tidak punya rasa tanggung jawab, tidak mau ngalah dan mementingkan diri sendiri, mininggalkan pekerjaan ditengah jalan begitu saja tanpa merasa bersalah, lebih memilih berteriak apabila kepentingannya diganggu yang semestinya bisa diselesaikan dengan diskusi, dan sebagainya. Semua sikap itu seharusnya melekat pada anak kecil, tetapi ternyata ada juga yang tetap bersikap seperti anak kecil walaupun sudah tua.

Itulah yang disebut usia psikologis! Banyak orang mengatakan, jika ‘tua’ adalah suatu keharusan, tetapi ‘dewasa’ adalah sebuah pilihan! Usia kronologis akan berjalan terus, tetapi belum tentu dibarengi dengan tingkat kedewasaan seseorang.

Selain dari segi kronologis dan psikologis, ada lagi usia yang lain, yaitu dari segi fisik atau biologis.

Usia dari segi fisik atau usia biologis dan disebut juga Real Age. Usia Real Age adalah usia fungsi tubuh kita, yang dihitung berdasarkan status kesehatan dan vitalitas tubuh seseorang.

Gaya hidup adalah faktor dominan untuk menentukan seberapa usia Real Age anda. Seseorang yang perokok, suka minuman beralkohol, memakan fastfood sering kali dan jarang bergerak atau berolahraga akan sangat berbeda usia Real Age-nya dengan orang yang menerapkan pola hidup sehat.

Boleh jadi usia kronologis kita sudah 60 tahun, tetapi vitalitas dan stamina tubuh kita masih berusia 40 tahun, atau bisa jadi sebaliknya!

Sudah ada tiga jenis usia, yaitu usia kronologis, usia psikologis dan usia biologis. Sekarang bagaimana usia dipandang dari agama? Saya melihatnya dari agama Islam sebagai keimanan saya.

Yang paling utama dilihat oleh agama tentang usia adalah manfaatnya! Rasulullah SAW bersabda: Sebaik-baik manusia ialah orang yang panjang umurnya namun baik amalnya, dan sejelek-jelek manusia ialah yang panjang umurnya namun jelek amalnya (HR Tirmidzi).

Usia yang bermanfaat adalah usia yang berkah. Berkah berarti bertambahnya kebaikan!

Jika usia kronologis, psikologis dan biologis hanya menyangkut personal nya sendiri, maka usia yang berkah mengandung keterlibatan dengan manusia lain, manusia sebagai makhluk sosial.

Sedini mungkin kita mengusahakan agar usia kita merupakan usia yang berkah, maka juga akan lebih men’dewasa’kan usia psikologis dan juga akan lebih me’muda’kan usia biologis.

Berpikiran positif, tunduk dan menghormati orang tua, sabar dan tidak mudah putus asa, menolong sesama, merupakan ajaran agama yang mendewasakan usia psikologis kita.

Dilain sisi, tidak menyakiti diri sendiri (seperti merokok atau minum minuman beralkohol), berpuasa, makan makanan yang halal dan baik (halalan thayyiban), berolahraga, shalat dengan khusu’ (didalam shalat ada gerakan yang menyehatkan dan juga bersuci untuk menjaga kebersihan sebelum melaksanakannya) juga merupakan ajaran agama yang membuat muda usia biologis kita.

Usia psikologis yang dewasa dan usia biologis yang terjaga kemudaannya harus digunakan untuk tujuan yang bermanfaat yang menjadikan usia kita akan berkah!

Jika kita mempunyai usia yang berkah, maka kita tidak akan pernah ‘mati’, karena keberkahan akan selalu memberikan manfaat walau kita telah menutup usia!

Betapa banyak para pahlawan dan syuhada yang tetap kita kenang walaupun telah meninggal ratusan tahun, karena jasa dan manfaatnya masih terasa sampai sekarang! Mereka telah menjadikan usia hidupnya sesuatu yang bermanfaat dan berkah!

Ya Allah, berilah kami usia yang bermanfaat dan berkah!

——
Bogor, Jumat 5 Juli 2013. Setelah sekian lama tidak menulis 🙂

Iklan
Pos ini dipublikasikan di Renungan dan tag , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s