Para atasan…

Leadership

Pengalaman loncat beberapa perusahaan saat saya bekerja, membuat saya punya banyak mantan atasan. Kultur perusahaanpun beraneka, ada BUMN, perusahaan swasta lokal dan nasional dan juga MNC. Yang MNC pun ada yang timur (Asia) dan juga dari barat (Eropa).

Para atasan tersebut mempunyai karakter masing-masing. Karakter unggul yang mereka miliki membuat saya yakin mengatakan ‘Bahwa karakter unggul itulah yang membuat mereka terpilih menjadi atasan!’. Tentu, ada beberapa anomali, atasan yang seharusnya tidak mempunyai sifat yang tidak semestinya, dan biasanya, secara seleksi alam, atasan tersebut tidak akan lama bertahan.

Yang akan saya tuliskan adalah yang mempunyai karakter unggul, yang sedikit banyak mempengaruhi saya, dan apabila itu suatu hal yang baik, kenapa tidak saya share aja… Hehehe…

Mungkin karena banyak dapat didikan luar negeri, suasana kantor yang multi bangsa, membuat atasan pertama saya adalah seorang yang egaliter. Dia memperlakukan bawahan sebagai seorang teman, tidak ada instruksi yang kaku, dan sama sekali tidak ada sekat! Kalau ada kesulitan dia siap membantu, sangat peduli! Down to earth tidak membuat seorang atasan menjadi kehilangan wibawa, bahkan kalo saya lihat, egaliter akan membuat proses kerja lebih efektif!

Gigih dan bicara berdasarkan data! Tuh dia profil atasan ditempat kerja yang kedua. Meski dia adalah atasan dari atasan saya, tapi saya kebanyakan merasa ‘click’ dengan dia. Bisa dibilang, awal-awal karier itu masa pembentukan karakter, dan dimasa itu kita seolah-olah mencari warna diri kita, dan sering terombang-ambing dan tidak mempunyai ‘sikap’. Karena itu kita sering mencari role model dari kepemimpinan atasan.

Orangnya sangat sederhana, tutur katanya lembut dan jarang banyak berbicara. Tetapi ia diakui sebagai problem solver. Karena jarang bicara, jika bicara malah seakan mempunyai kekuatan magis yang membuat lawan bicara ataupun audiens jadi hening untuk mendengarkan apa yang akan ia bicarakan. Kekuatannya di data! Data tentunya ada referensi, dan referensi kita ketahui tentu kalau kita rajin mempelajarinya. Jika fakta yang kemudian diungkapkan, lengkap dengan angka dan detail lainnya, maka audiens akan cepat untuk mengamininya karena memang tidak bisa membantahnya. Yang sering terjadi adalah banyak orang berbicara ‘ngawur’ seenak perutnya tanpa tahu apa yang dia katakan itu benar atau gak, atau sering terjadi orang mempunyai fakta yang setengah-setengah, sehingga jika ditelusuri lebih jauh dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih investigatif, ia akan kewalahan, dan akhirnya membuat faktanya jadi tak bersuara!

Gigih! Untuk menyelesaikan suatu masalah ia pantang menyerah, sampai ketemu solusinya. Ia akan terus mengejar dengan mencari referensi dan persoalan seakan tetap melekat dikepala sebelum terjawab. Perpustakaan yang oleh orang banyak jarang disambangi, bagi dia seakan menjadi rumah kedua. Beberapa kali saya dengan beliau ada di perpustakaan sampai malam untuk mengurai dan merekonstruksi suatu permasalahan sehingga kita tahu jawabannya. Kegigihan yang perlu kita acungi jempol!

Atasan yang lain diperusahaan yang kedua ini adalah seorang wanita. Leadership in venus, hehehe. Yang pertama dan terakhir (sampai saat ini!) saya mempunyai atasan seorang wanita. Dia adalah atasan atasannya saya. Yang bisa saya rasakan, saya bisa membedakan antara atasan sebagai seorang leader dengan atasan yang hanya sebagai seorang manager saja. Dan ia adalah seorang leader!

Dari segi pengetahuan teknis, ia dengan terang-terangan sudah ‘mengaku’ kalah dengan para anak buahnya. ‘Kejujuran’ kalo ‘bodoh’ itu malah membuat anak buahnya jadi bangga dan seakan memperoleh pengakuan bahwa mereka anak buah yang pintar-pintar. Dia juga bisa membangkitkan spirit para anak buahnya untuk berlomba bekerja, tanpa menjadikannya sebagai beban. Mempercayai anak buah dengan setulusnya! Memang, kepercayaan akan menimbulkan kepercayaan!

Kemudian dia ‘Transparan’, tidak ada yang ditutup-tutupinya (tetapi tidak telanjang ya…). Budaya transparans membuat mekanisme kontrol pada diri sendiri anak buahnya menjadi sangat efektif, dan menular kepada saling kontrol antar teman, sehingga semua mekanisme kerja akan menjadi transparan juga.

Secara berkala, dan sesibuk apapun, akan ada meeting internal. Pada saat itu, dia biasanya akan memotivasi para anak buahnya, mungkin karena seorang psikolog kali dia yah, hehehe. Motivasi akan membuat spirit kelompok gak akan ada matinya.

Karena seorang wanita, dia peka pada etika! Dan etika itu memang sangat perlu dalam dunia kerja, baik korespondensi, melalui telpon, bertatap muka ataupun dalam rapat. Bukan masalah tentang apa yang anda katakan, tetapi cara anda mengatakannya! Dan cara itu adalah etika!

Atasan berikutnya adalah seorang warga negara asing. Secara berkala saya ketemu dia, dan lebih banyak melalui telpon dan email-email serta tele-conference karena memang ruangan kerja yang berbeda negara walaupun ia adalah atasan langsung saya.

Dia sangat menghargai proses atau usaha! Dalam segala hal kita dibolehkan gagal, tetapi satu hal yang harus dilalui sebelumnya: setelah kita berusaha mati-matian! Jadi kalau sejak awal kita tidak mencoba tetapi sudah menyampaikan alasan-alasan penolakan terlebih dahulu dan pesimis, wah bakalan marah besar dia! Usaha yang keras itu yang lebih utama, masalah keberhasilan itu nomer berikutnya.

Mindset bahwa ‘usaha itu lebih baik daripada hasil’ itu membuka pikiran saya. Mindset itu sangatlah religius, karena memang hasil adalah kuasa yang Maha Pencipta, yang diwajibkan dari kita adalah berusaha untuk mendapatkannya. Mindset itu juga membuat kita semangat walaupun gagal, karena kita yakin telah berusaha dengan sebaik-baiknya dan itu akan membuat karakter kita lebih baik, sedangkan masalah hasil itu adalah kuasa ilahi.

Atasan yang terakhir adalah seorang yang sangat sabar! Beberapa hal mungkin akan membuat kita kesal akan kesabarannya, tapi terbukti bahwa sikap sabar itu akan lebih baik hasilnya. Dia juga seorang yang sangat optimis, tidak pernah memandang suatu kegagalan itu sebagai penutup jalan untuk mencapai keberhasilan, selalu dicoba dan dicoba lagi. Sifat super sabar seperti ini sama dengan atasan kedua saya diatas!

Pernah suatu hari, ketika sebuah program kita gagal total dan malah didemo habis-habisan, ia kemudian berkomentar: ‘Hari ini bukannya kita gagal, tetapi kita jadi mengetahui bahwa ada yang kurang dalam persiapan program ini!’ Dahsyat abis kan, positive thinking dan selalu mengambil hikmahnya!

Dia juga berpandangan ‘The truth is outhere!’, kebenaran ada diluar sana. Maksudnya, kita boleh saja protes dan tidak suka atas kondisi diluar yang menjadi penghalang cita-cita atau tujuan kita, tapi itulah kondisinya atau kebenarannya! Bukan ‘kebenaran’ itu yang harus mengikuti kita, tetapi kitalah yang harus beradaptasi untuk mengikuti ‘kebenaran’ itu, sehingga tujuan kita tercapai!

Satu nasehat dia yang sangat berkesan dan berusaha saya pegang teguh, bahwa kalau kita bekerja ataupun memimpin, janganlah kita mempunyai ‘kepentingan’ atau interest, karena hal tersebut yang akan menimbulkan konflik kepentingan yang membuat kita menjadi tidak objektif dan kadang takut bersuara!

Itulah para atasan! Seperti yang saya katakan diawal, karakter unggul seperti itulah yang membuat mereka menjadi yang diatas, memimpin anak buahnya, dan sampai sekarang, mereka masih eksis!

Iklan
Pos ini dipublikasikan di Motivasi dan tag , . Tandai permalink.

5 Balasan ke Para atasan…

  1. Ailtje berkata:

    Ah jadi terinspirasi bikin cerita serupa.

  2. aldrinsyahdin berkata:

    Atasannya bagus-bagus, kerja jadi semangat. 🙂

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s