Air Asia menjual tiket murah dari banyak tempat di Indonesia menuju banyak tujuan di Malaysia. Tiketnya sangat murah, gak masuk akal, kalo diitung dengan kalkulator apapun pasti rugi. Efeknya, banyak orang yang jadinya bepergian ke Malaysia. Orang-orang yang sebelumnya gak merencanakan ke Malaysia-pun jadi bepergian kesana. Kunjungan ke Malaysia jadi meningkat berlipat-lipat. Di Malaysia, mereka pasti menginap, mereka kemudian memenuhi banyak hotel disana. Mereka pasti juga makan, wisata kulinerpun menjadi hidup dengan banyak pengunjung. Pengrajin souvenir dan barang khas juga kebanjiran order. Selama di Malaysia, para wisatawan juga bepergian ke banyak tempat, rental mobil dan motor menjamur.
Sekarang coba dihitung lagi, Air Asia menjual tiket yang sangat murah, emang rugi, tapi akan ada banyak hotel dan penginapan berbagai kelas yang terisi penuh, tempat wisata yang padat pengunjung, pengunjung warung dan restoran yang ramai, toko-toko berbagai macam kebutuhan yang laris, rental mobil, motor dan berbagai sarana transportasi yang sibuk mengantarkan banyak penumpangnya!!
Apabila berlangsung dalam waktu yang lama. Hotel-hotel baru akan dibangun, tempat wisata baru bermunculan, restoran baru yang muncul, pusat perbelanjaan dan sarana transportasi yang semakin ramai. Semuanya membutuhkan banyak tenaga kerja, pengangguran sangat sedikit, bahkan harus mendatangkan tenaga kerja dari luar negeri. Penduduk semakin sejahtera!
Air Asia memang sengaja dibuat rugi, karena akan memberikan multiplier effect atau efek berganda yang menguntungkan!
Pada multiplier effect, suatu kegiatan akan memacu untuk timbulnya kegiatan yang lain.
Untuk menarik minat pedagang tidak lagi berjualan di jalan, Jokowi merenovasi Blok G Pasar Tanah Abang khusus untuk pedagang kaki lima. Sewapun dimurahkan, bahkan diberikan gratis uang sewa untuk 6 (enam) bulan pertama. Jika kebijakan ini diberlakukan secara konsisten dibanyak tempat di Jakarta, akan menimbulkan multiplier effect yang positif.
Tempat berdagang yang nyaman dan murah akan banyak mendatangkan pembeli. Pembeli yang banyak adalah berkah. Banyak pembeli akan meningkatkan penjualan. Penjualan yang banyak akan meningkatkan order kepada para produsen. Produsen yang kebanjiran order akan meningkatkan produksi, pabrik diperbesar dan tenaga kerja baru banyak direkrut.
Bukan hanya penduduk Jakarta, banyak pendatang dari luar daerah datang bahkan juga dari luar negeri.Penjualan semakin meningkat. Dan akan banyak pusat perbelanjaan baru, akan banyak pabrik baru dan akan banyak tenaga kerja yang dibutuhkan. Penduduk semakin sejahtera!
Sebuah warung dalam menyajikan menunya memerlukan banyak bahan baku. Ada beras, sayuran, buah-buhan, bumbu masak, daging, ikan, gas, tissue, alat-alat dapur, minuman dan lainnya. Ada banyak pemasok barang yang semuanya bersumber dari petani, peternak, produsen minuman dan jasa lainnya. Ada banyak tenaga kerja yang terlibat, mulai tukang masak, pelayan, tukang cuci piring, tukang antar, kasir dan lainnya. Jika warungnya rame, ia akan lebih banyak lagi memerlukan bahan baku. Akan memerlukan lebih banyak pemasok dan akan memerlukan lebih banyak lagi petani, peternak dan produsen lainnya. Sebuah contoh kecil multiplier effect.
Seorang teman yang ingin mempunyai pendapatan tambahan memulai usaha baru disebuah desa tak jauh dari Jakarta. Ia memilih usaha peternakan ayam petelur. Ia memulainya dengan sangat antusias. Mendirikan kandang-kandang, rumah dengan kamar-kamar untuk pekerjanya dan juga kendaraan untuk transportasi. Beberapa tahun kemudian saya bertemu lagi, dan menanyakan perkembangan usahanya. Jawabnya ‘Saya tutup, pusing, banyak pungutannya, baik pungutan resmi maupun enggak, belum lagi premannya. Jalan ke pasar juga sering jelek, bikin telur bayak yang pecah!’.
Ia terpaksa menutup usaha peternakan ayamnya. Otomatis memberhentikan juga karyawannya. Kegiatannya tutup, maka tidak ada pembelian barang-barang kebutuhan produksi lagi. Jika terjadi suatu gerakan massal, banyak karyawan yang diberhentikan akan membuat daya beli menurun, konsumsi melambat, dan membuat sektor-sektor lain juga runtuh.
Seorang teman yang punya usaha peleburan aluminium sering memilih berbohong menyuruh karyawannya mengatakan kalau ia tidak ada ditempat jika ada orang pemerintahan yang datang ingin menemuinya di pabriknya. Orang pemerintahan yang ia maksud bermacam-macam, mulai dari tingkat desa sampai ditingkat kabupaten dan juga dari TNI/Polri. Komentarnya ketika saya menanyakan kenapa ia menutup pintu: ‘Jika saya bertemu dengan 5 orang pemerintahan, maka saya akan bertemu dengan 5 masalah yang berbeda!’.
Karenanya, teman saya memilih berhati-hati untuk ekspansi perusahaannya, menghindari banyaknya biaya yang gak jelas peruntukannya, bahkan ia lebih suka merencanakan untuk ekspansi diluar Indonesia, yang tentunya, apabila direalisasikan, pendirian perusahaannya akan memberikan multiplier effect bagi negara yang jadi tujuan investasinya.
PT Indonesia Semen Tbk yang terdiri dari beberapa BUMN produsen Semen sekarang juga mempunyai pabrik semen di Vietnam yaitu Thang Lhong Cement Company, bahkan bersiap-siap mengakuisisi pabrik semen di Bangladesh. Tentu ada alasan khusus kenapa holding company tersebut lebih memilih menanam uangnya di Vietnam daripada di Indonesia sendiri. Saya teringat, puluhan tahun silam, Indocement berminat mendirikan pabrik semen di Madura dan telah membebaskan ratusan hektar tanah di Pulau Madura. Rencana tersebut kandas, karena penolakan dari masyarakat. Seandainya saja tidak ada penolakan dari masyarakat atas pabrik semen tersebut, tentunya akan lebih banyak orang Indonesia yang dipekerjakan daripada mempekerjakan orang Vietnam seperti sekarang.
Bukan hanya di Bangkalan Madura yang terjadi penolakan terhadap pembangunan Pabrik Semen . Tetapi juga di Maros Sulawesi Selatan dan Pangandaran Jawa Barat pada bulan November 2013 ini, Dan para investor-pun lebih baik balik punggung daripada memperoleh prospek yang tidak cerah di masa depan, dan memilih berinvestasi di negara lain yang lebih kondusif.
Tingkat keamanan sosial yang buruk dan juga banyaknya macam pungutan liar dan korupsi juga menimbulkan multiplier effect, tetapi multiplier effect yang negatif dan sering disebut efek domino! Runtuhnya satu domino yang akan menimbulkan keruntuhan domino yang lain!
Semoga akan semakin banyak pemimpin bangsa dengan integritas tinggi yang kebijakannya akan menimbulkan multiplier effect yang positif bagi Indonesia!
pungutan liar di Indonesia emang bikin sesak napas. Pengaturan keuangan pun suka “kacau” karena pungutan2 liar ini.
Bener Sis, karena mereka tidak mau ngasih ‘Tanda Terima’ kan…