Pada waktu mengikuti pendidikan Management Trainee di Merpati Nusantara Airlines dulu, ada satu pelajaran mengenai Etiket (bukan e-ticket ya, tetapi etiquette, hehehe) yang saya rasa sangat berguna karena menyangkut kehidupan keta sehari-hari. Kelihatannya remeh yang diajarkan, tetapi ternyata sesuatu banget! Mulai dari cara pasang, kombinasi, makna, jenis dari dasi, etika berjalan bersama, etika di meja makan sampai etika berbicara dan berdiskusi.
Etika berbicara dalam meeting ataupun diskusi memang sangat penting. Kita menginginkan suasana diskusi yang kondusif, hangat dan tanpa saling mengintimidasi, semua peserta dapat mengeksplorasi idenya dan diskusinyapun menjadi produktif. Untuk terciptanya itu semua, cara berbicara dan mengungkapkan pendapat mempunyai arti penting.
Ada kalanya kita tidak sependapat dengan pendapat orang lain, ketidak setujuan yang disampaikan terlalu ‘terus terang’, vulgar bahkan menjatuhkan pasti akan memancing rasa tidak senang dari lawan bicaranya. Dengan berbagai cara sang lawan bicara akan mati-matian mempertahankan pendapatnya, dan kadang sudah bukan masalah benar atau salah lagi, tetapi lebih karena gengsi sehingga ia tetap dengan pendapatnya. Kalaupun sang lawan bicara sudah ditaklukan dan mengakui kalau pendapatnya salah, itupun dengan meninggalkan sakit hati dan dendam kesumat yang dalam, hehehe, lebay!!
Satu hal yang diajarkan dulu adalah,hindarilah mengatakan ‘tidak’ meskipun kita ‘tidak setuju’ atas pendapat orang lain. Katakan ‘tidak’ dengan cara yang berbeda, yang esensinya sebenarnya adalah sama, kita tidak setuju dengan pendapatnya.
‘Pendapat saudara A bisa saya pahami, dan alangkah lebih baiknya bila bla bla bla mengingat bla bla bla…’, akan lebih etis daripada kita mengatakan ‘Pendapat saudara A itu sama sekali tidak berdasar, dan lebih baik kita bla bla bla!’. Esensinya sama, tidak menyetujui pendapat si A, tetapi ungkapan yang pertama lebih baik, karena kita menyampaikan alasan-alasan kenapa kita tidak menyetujui pendapatnya, dan tidak ada kata ‘tidak’ pada kalimat pertama.
Bisa juga kita mengatakan ‘Saya mempunyai referensi lain dan juga pengalaman yang bisa dijadikan pertimbangan. Apabila kita melakukan hal tersebut (pendapat si A misalnya) maka hasilnya adalah bla bla bla, sedangkan bila kita melakukan (utarakan ide kita) hasil yang didapat adalah bla bla bla!’. Dari kalimat tersebut akan nampak bahwa pendapat kita lebih baik, tetapi dengan membiarkan peserta diskusi untuk mengambil kesimpulan sendiri.
Atau ‘Saya sependapat dengan saudara A, dimana bla bla bla (pendapat A) dan kita berada pada kondisi bla bla bla, dalam kasus ini kita berada pada kondisi bla bla bla, mungkin ada baiknya jika kita mempunyai alternatif lain seperti bla bla bla karena bla bla bla!’
Kelihatannya berbelit-belit dan muter-muter ya! Ketika saya praktekkan, banyak manfaat yang didapat, seperti berlatih untuk mengontrol emosi kita yang kadang tidak terjaga ketika berdiskusi, disamping juga kita akan lebih terbiasa berbicara dengan argumen atau alasan yang kuat, karena kita tidak fokus dengan hanya mencari kelemahan-kelemahan dari pendapat lawan saja. Dan yang paling utama, tidak akan yang tersakiti hatinya oleh ucapan kita!
Cobalah berlatih, practices makes perfect!
Intinya adalah ‘berkata tidak dengan tidak mengatakan tidak’. Seperti banyak orang bilang ‘Bukan masalah apa yang kamu katakan, tetapi bagaimana cara kamu mengatakannya!’.
Berlatih menggunakan kata yang positif walaupun untuk hal yang negatif!
——-
Gambar kartun diperoleh dari micecartoon.com, lucu sih, meski ‘kurang menguatkan’ dengan isi artikel ini, hehehe…