Berawal dari message seorang temen lewat WA, untuk mencoba mengunjungi Pulau Gili Labak. Hhmmm, namanya aja baru denger, disangka pertama nama pulau sekitar Lombok, ternyata ada di Madura!!
Kemudian saya googling di internet dengan keyword ‘Gili Labak’, dan komentarnya, sungguh menakjubkan!! Rata-rata mereka yang telah berkunjung kesana dibuat takjub dengan keindahan alam terutama pantainya dengan airnya yang bening, pasir pantai yang lembut dan landai dan terumbu karang yang masih ada.
Penasaran karena saya orang Madura dan ada Pulau yang bagus di Madura, hari Sabtu Minggu 18-19 April, kemaren saya mengunjunginya dan meng-explore pesona pulau tersebut, saya dan rombongan putuskan untuk menginap semalam. Banyak kegiatan yang bisa kita lakukan disana. Mengelilingi Pulau Gili Labak hanya perlu waktu 20 menitan. Dari segala sisi, pulau ini memang sangat menawan. Pasirnya juga berbeda disetiap sisinya, pada sisi barat sangat lembut tetapi di sisi timur butirannya agak kasar. Beberapa ada pohon yang telah tumbang karena abrasi pantai, pohon tumbang yang tinggal rantingnya itu menjadi spot foto yang sangat menarik. Juga beberapa perahu nelayan yang bersandar dan diikatkan ke pohon kelapa, terlihat melayang karena airnya yang bening, bagus juga untuk difoto. Disisi barat ada pasir pantai yang agak menjorok ketengah, sehingga terkesan ada pulau didalam pulau. Banyaknya spot foto, menjadikan Gili Labak layak dijadikan tempat pengambilan foto pre-wedding seperti yang saya lihat pada saat saya berkunjung kesana.
Kita juga bisa menikmati matahari terbenam dan terbit sekaligus. Pulaunya yang hanya seluas 5 hektar juga menyajikan pemandangan 360o, hanya tinggal geser sedikit saja kita akan menyaksikan pemandangan yang berbeda.
Pada waktu malam, menyaksikan langit yang bertabur milyaran bintang akan membuat kita takjub akan kebesaran Ilahi. Pulau ini hanya diterangi dengan lampu tenaga diesel dan tenaga surya. Sehingga membuat malam yang pekat dan kita dapat menyaksikan bermilyar bintang yang sangat terang. Sudah lama saya tidak melihat bintang, jika melihat bintang, saya selalu teringat masa kecil ketika diajak ke tempat nenek didesa yang memiliki cakrawala luas dan dapat melihat bintang dengan leluasa. Suasananya hening, suara yang ada hanya suara motor diesel untuk penerangan lampu.
Waktu malam kita juga dapat bakar ikan dengan biaya yang sangat murah. Pulau Gili Labak adalah desa nelayan dan juga menjadi transit para nelayan dari pulau lain waktu mencari ikan. Jadi ikan berlimpah dan sangat murah dan kita bisa langsung membakarnya.
Penduduknya juga sangat ramah, sangat membantu dan gak pamrih. Sebagai tamu tentu kita harus sok akrab terlebih dahulu dan menyapa mereka, karena mereka penduduk desa yang lugu dan kadang terlihat ‘rendah diri’ untuk menyapa kita. Pada waktu kita kesana, niatnya nginap, tetapi sama sekali gak terbayang akan menginap dimana? Sesampainya disana, penduduk sangat ramah dan mempersilahkan kita menginap, tentu dengan fasilitas yang seadanya. Bisa juga tidur di mushalla atau masjid disana. Bermalam dengan fasilitas minim akan memberikan pengalaman yang sangat berharga serta berbeda, kita akan terkenang selamanya.
Keesokan harinya, pagi-pagi saya sudah siap-siap berburu matahari terbit. Sayang, cuaca terlihat mendung dan mataharinya bersembunyi malu. Setelah itu dilanjutkan dengan main-main air sampai ke daerah yang ada terumbu karangnya. Keindahan bawah laut yang menawan. Temen saya berhasil menangkap ikan hias Nemo, setelah jadi model foto beberapa saat, ikan Nemo tersebut kita lepaskan kembali. Mungkin bulan April seperti saat saya berkunjung ini termasuk bulan yang tepat kesana. Suhu air pada waktu saya berenang disana, sangat pas, sehingga betah untuk berlama-lama. Disamping juga pasirnya yang enak dikaki, pantainya yang landai dan gelombang laut yang sangat tenang. Pada waktu malampun juga anginnya sangat bersahabat, tidak membuat kita masuk angin.
Btw, Gili Labak memang belum banyak dikenal, pada waktu saya ke pelabuhan Kalianget – Sumenep pun lebih banyak orang yang bengong jika ditanyain Gili Labak. Ada beberapa cara untuk menuju kesana. Bisa dari desa Tanjung Kecamatan Saronggi, bisa dari Kalianget, dan jarak yang paling dekat dari Desa Kombang di Pulau Talango. Dari Desa Kombang menuju ke Gili Labak hanya memerlukan waktu 1 jam dengan perahu motor, sedangkan dari tempat lain bisa 2 – 4 jam perjalanan laut.
Satu informasi yang saya dapatkan pada waktu saya googling mengatakan kalau disana sulit air, sehingga saya bawa banyak persediaan air dan juga makanan untuk malam. Tapi informasi itu tidak sepenuhnya benar, ada toko sederhana di Gili Labak yang jual air minum dan bahkan juga menyiapkan makan malam yang sangat khas. Cuman memang tidak banyak yang tahu, karena toko tersebut tidak kelihatan, dan mengenai makan malam itu biasanya mereka tawarkan jika kita sudah akrab.
Dan kalau menginap, usahakan agar batere kamera dan handphone terisi penuh. Karena disana hanya ada diesel dan listrik tenaga surya. Waktu saya kesana, belum sampai tuntas ambil gambar, batere kamera dua-duanya habis, terpaksa banyak keindahan yang tidak terekam. Saya juga ambil 2 gambar dari blog yang berbeda, yah untuk menggambarkan pemandangan yang memang saya lihat dan tidak sempat terekam.
Kalau mau kesana, baik untuk menginap ataupun pulang hari, usahakan bisa dengan teman atau ditemani guide yang bisa berbahasa Madura dan sudah paham pulau tersebut. Bisa menghubungi saya via email untuk informasi lebih lanjut bila diperlukan: ahmadramadlan@yahoo.com.
Semua pengalaman selama berlibur disana, sangat berkesan, priceless!!
Catatan:
Foto No 4, Sumber: epicsumenep.wordpress.com
Foto No 5, Sumber: indraprawiranegara.wordpress.com
baru tahu jg ada gili labak
Thanks for your visit mba!! Ayo ke Madura!! 🙂
oneday ya 🙂
One day bisa!! Tapi yang excited juga menyaksikan panorama bintang dan bakar ikan di malam hari!!
ahh.. indahnya.. jadi pengen kesana..
hayo, just call me for detail… 🙂
baru denger “pantai Gililabak” ,meski tinggal di madura …
Wah, buruan, orang luar Madura udahbanyk yang menyerbu kesana 🙂
indahnya….keren sekali…
Hayo ke Madura mba, heheh… Terima kasih untuk kunjungannya…
jadi ikut penasaran…..hmmm kapan ya…??
Bagus deh, tidak nyangka kalau itu di Madura…