Amal yang Saleh, Bukan Amal yang Salah!

Malam di Hongkong

Saya pernah tinggal di Denpasar Bali selama hampir setahun. Dibandingkan dengan kebanyakan daerah lain di Indonesia, tinggal di Bali sangatlah berbeda suasananya. Bali dikenal sebagai tempat tujuan wisata internasional, dan penduduk Bali juga mayoritas adalah Hindu yang berbeda dengan mayoritas agama penduduk Indonesia. Itulah yang membuat suasananya sangat berbeda.

Jika orang Minang mempunyai peribahasa ‘Adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah’ yang artinya bahwa setiap aktifitas hidup dari orang Minang harus berdasarkan atas tuntunan dan syariat agama Islam, menandakan bahwa suku Minang identik dengan Islam, atau (dulunya) orang Minang 100% menganut agama Islam. Demikian juga dengan orang Bali dengan Hindu-nya, bisa dikatakan bahwa (dulunya) orang Bali 100% menganut agama Hindu. Semua aktifitas hidup dari orang Bali kebanyakan berdasarkan atas tuntunan agama Hindu.

Yang saya kagumi selama saya tinggal di Denpasar adalah banyaknya perayaan adat yang harus mereka jalankan sesuai dengan ajaran Hindu. Dan kebanyakan dari perayaan itu sifatnya adalah berjemaah atau kolosal. Teman-teman kantor yang di Bali bercerita, betapa mereka menghargai setiap perayaan hari besar agamanya, tidak ingin melewatkan, dan seakan mendapat ‘hukuman sosial’ dari warga bila tidak menghadirinya.

Banyaknya perayaan itu mengharuskan mereka saling bertemu. Dalam persiapan perayaan, biasanya mereka akan membuat hidangan atau persiapan acara lainnya berupa tarian dan budaya lainnya yang dilakukan bersama-sama. Banjar, atau semacam balai RW akan sering menjadi media untuk bertemu. Untuk kota besar seperti Denpasar, banyaknya aktifitas di Banjar atau Balai RW yang merupakan ruang publik mungkin akan jarang ditemui di kota besar lainnya di Indonesia.

Dengan seringnya mereka bertemu antar warga, efek positifpun mulai mengalir.

Sering bertemu akan membuat mereka saling mengenal, sehingga orang Bali sangat percaya dengan keamanan lingkungannya, sampai dulu ada kepercayaan diantara mereka bahwa jika ada pencurian atau kejahatan lainnya, pasti dilakukan oleh orang luar Bali. Yang saya rasakan pada waktu itu, memang Bali relatif aman dengan tingkat kejahatan yang rendah meski menampung jutaan turis dari luar dan dalam Indonesia.

Dengan sering bertemu, saling mengenal maka komunikasi bisnis juga terjalin diantara mereka. Semua orang di Bali seakan menjadi ‘calo’ atau ‘makelar’. Jika kita butuh sewa mobil, sepeda motor ataupun hotel, orang Bali pasti akan bisa menunjukkannya. Jika misal mobil yang ditempat sewanya habis, segera mereka akan menghubungi temannya untuk memenuhi orderan itu. Mereka juga tidak terlalu banyak mengambil untung, meski udah lewat makelar, sehingga tidak memberatkan pada konsumen. Rejekipun mengalir, karena pesanan akan berulang oleh pelanggan yang puas yang kemudian akan bercerita kepada lainnya dan akan memberikan pelanggan baru.

Kehidupan di Bali

Saya juga pernah tinggal sekitar 2 tahun di daerah pinggiran timur Jakarta. Yang saya rasakan adalah keamanan yang semakin tidak terjamin dibandingkan antara pada saat saya masuk dengan pada saat saya mau pindah dari daerah tersebut. Beberapa hari sebelum pindah, saya dikejutkan dengan penjambretan dijalan umum yang dilakukan pada pagi hari sekitar jam 6. Malamnya saya ikutan ngumpul-ngumpul dengan warga dan membicarakan penjambretan tersebut. Pada waktu itu kita berkesimpulan bahwa semakin banyaknya warga pendatang yang membuat mereka saling tidak mengenal lagi sehingga keamanan menjadi lebih rawan. Awalnya mereka adalah warga yang guyub, tetapi semakin lama semakin menjadi terasa asing di kampung sendiri, ketika semakin banyak warga luar yang kost atau membangun rumah dan pindah kesitu dan mereka saling hidup sendiri-sendiri.

Dari dua fenomena tersebut, saya merasakan besarnya manfaat silaturahmi. Silaturahmi sangat dianjurkan dalam Islam. Fenomena pertama menunjukkan kerukunan warga dan seringnya mereka saling bertemu bersilaturahmi berpengaruh terhadap keamanan dan masalah sosial lainnya, sedangkan fenomena kedua memberikan gambaran hilangnya tali silaturahmi yang tergerus oleh arus urbanisasi berdampak negatif pada lingkungan tersebut.

Islam sangat memperhatikan hubungan sosial, seperti penghormatan kepada tetangga dan tamu, yang merupakan bagian dari silaturahmi.

Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi. (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557).

Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yg baik atau diam. Dan barangsiapa yg beriman kepada Allah & hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tetangganya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah & hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya. (HR. Muslim No.67).

Dalam Islam, pelaksanaan ibadah sangat dianjurkan untuk dilakukan secara berjemaah atau bersama-sama. Ibadah shalat dianjurkan untuk berjemaah, dan bagi laki-laki disunahkan untuk dilaksanakan berjemaah di Masjid.

Apabila sunah untuk melaksanakan shalat berjemaah di Masjid banyak yang melaksanakan, dengan sendirinya silaturahmi akan berjalan, sehingga manfaatpun akan banyak dirasakan, warga saling mengenal, dengan mengenal mereka akan saling menjaga sehingga keamanan lebih terjamin, dan dengan seringnya berkomunikasi manfaat sosial lainpun akan dipetik, kesalahpahaman antar warga bisa dihindari, masalah bersama bisa segera dipecahkan, kebersamaan dalam membangun lingkungan dan insya Allah rejeki akan lebih berkah dan mengalir.

Apabila kita perhatikan, didalam Rukun Islam, pelaksanaan ibadah agama Islam mengalir dari dalam ke luar. Dimulai dari membaca kalimah syahadah, yang merupakan kalimat persaksian dan komitmen diri untuk mempercayai Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.

Kemudian setelahnya adalah kewajiban melaksanakan Shalat lima waktu. Didalam pelaksanaan ibadah shalat ini, bisa dilaksanakan sendiri tetapi lebih dianjurkan atau disunahkan untuk dilaksanakan berjemaah di Masjid. Dari yang semula persaksian diri, sekarang sudah melebar ke sosial dengan melibatkan orang sekitar untuk melaksanakan ibadah bersama.

Setelah shalat lima waktu, muslim diwajibkan untuk melakukan puasa di bulan Ramadhan. Kalau pada waktu shalat, pelibatan ibadahnya hanya dengan masyarakat sekitar dan dengan waktu yang berbeda-beda, pada ibadah puasa lebih membesar lagi, melibatkan seluruh muslim di penjuru dunia dalam waktu yang relatif bersamaan.

Setelah puasa penuh selama bulan Ramadhan, kemudian muslim diwajibkan untuk membayar zakat yang merupakan bentuk kepedulian sosial.

Dan terakhir adalah kewajiban untuk beribadah haji bagi muslim yang mampu melaksanakannya. Haji hanya diadakan bulan tertentu, dan pada saat itu, muslim seluruh dunia berkumpul pada saat dan tempat yang sama, untuk menjalankan ibadah Allah, dan pada waktu itu kesempatan bagi muslim seluruh dunia untuk bertatap muka dan bersilaturahmi.

Semua pelaksanaan ibadah dalam agama Islam, sarat dengan nuansa sosial dan silaturahmi. Silaturahmi didalam Islam merupakan salah satu amal saleh yang sangat dianjurkan.

Panorama SZGM

Didalam Al Quran, kerap disebutkan berdampingan antara Iman dan Amal Saleh:

Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. QS Al Baqarah 2 : 82

Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. QS Ali Imran 3 : 57

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, QS Al Kahfi 18 : 107

Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik. QS Ar Ra’d 13 : 29

Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia. QS Al Hajj 23 : 50

Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia), QS Thaha 20 : 75

Selain ayat-ayat tersebut diatas, masih ada puluhan ayat lagi firman Allah SWT yang menyebutkan Iman dan Amal Saleh secara berdampingan. Memakai kata penghubung ‘dan’ yang berarti bahwa bukan hanya Iman yang diperlukan untuk beribadah kepada Allah SWT tetapi mempunyai persyaratan lain yaitu Amal Saleh.

Amal saleh adalah perbuatan yang mendatangkan manfaat bagi diri sendiri, keluarga, lingkungan, bangsa dan negara, baik berupa perbuatan, ucapan maupun sikap. Disebutkan berdampingan dengan Iman, berarti amal saleh tersebut didasarkan kepada Iman dengan tuntunan syariah Islam.

Banyak sekali contoh dari perbuatan amal saleh. Kepada diri sendiri, contoh amal saleh adalah tidak merokok, tidak minum minuman keras, memakan makanan yang baik dan halal, berolah-raga, istirahat yang cukup dan tidak tidur larut malam bila tidak memberikan manfaat, disiplin pribadi, menjaga kebersihan badan, rajin, tekun, hemat dan tidak berlebihan dan sebagainya.

Perbuatan amal saleh kepada lingkungan sekitar dan tetangga contohnya: tidak membuang sampah sembarangan, menanam pohon di rumah dan lingkungan kita, pengaturan septic tank dengan sumur di lingkungan tetangga, menjaga hak-hak tetangga, tidak berbuat gaduh di lingkungan, ikut berpartisipasi di kegiatan lingkungan, dan sebagainya.

Sedangkan perbuatan amal saleh untuk tempat kerja, bangsa dan negara misalnya: tidak korupsi di tempat kerja, tidak mengurangi timbangan, tidak menggelembungkan harga, membayar pajak-pajak dengan baik seperti pajak bumi dan bangunan, pajak penghasilan, pajak kendaraan bermotor dan lainnya, memiliki identitas penduduk KTP, memiliki SIM bila diperlukan, mematuhi peraturan lalu lintas, disiplin,  antri ditempat umum, dan sebagainya.

Banyak orang yang telah beriman, tetapi perbuatan amalnya salah. Banyak juga orang yang beramal yang saleh, meski ia tidak beriman.

Tempat kerja saya yang dulu mempunyai beberapa cabang dikawasan Asia Pasifik dengan pusat komando di Hongkong.  Beberapa kali saya perjalanan dinas ke Hongkong dan sebaliknya seringkali juga mereka berkunjung ke kantor Jakarta.

Kolega saya di Hongkong, kebanyakan mereka mengaku bukan orang yang beragama, tidak seperti dugaan saya yang menduga mereka menganut agama Budha.

Walaupun mereka mengaku tidak beragama ataupun beragama non Islam, saya lebih banyak melihat amal yang saleh dalam keseharian mereka di kota Hongkong. Waktu saya berjalan di area pedagang kaki lima di Hongkong, suasananya bersih, banyak pedagang makanan yang menggelar dagangan disana, dan kita tidak merasa jijik untuk makan disitu. Saya juga ke Toilet Umum yang ada disekitar area itu, bersih dan wangi, dan selalu terlihat petugas yang membersihkannya, dan yang penting tidak perlu bayar. Lalu lintasnya lancar dan pengemudinya disiplin, di kereta Mass Rapid Transport (MRT) atau tempat umum, antrian terlihat tertib mengular dan tidak menggerombol.

Di escalator atau tangga berjalan, yang banyak sekali terdapat disana, terutama didaerah stasiun MRT, aliran manusia yang menggunakan escalator itu terlihat lancar. Ternyata disana ada semacam peraturan tidak tertulis, waktu kita di escalator apabila kita ingin diam saja dan tidak berjalan, maka kita diam di sisi kiri, tetapi apabila kita di escalator sambil terus berjalan, maka kita berjalan di sisi kanan. Dengan demikian, orang yang diam di escalator tidak akan mengganggu arus orang yang berjalan di escalator itu. Perbuatan atau amal saleh yang sederhana, tetapi banyak mendatangkan manfaat untuk kepentingan bersama.

Lain di Hongkong lain di Jakarta. Pada waktu atasan saya yang dari Hongkong datang ke  kantor kami di Jakarta, atasan saya mengeluhkan adanya pengeluaran ekstra dibawah meja untuk mengeluarkan barang kami yang ada di Bea dan Cukai Bandara. Perusahaan kami sering berhubungan dengan pelayanan Bea dan Cukai, kecepatan untuk mengeluarkan barang kami sesingkat mungkin dan mengantarkannya ke pelanggan menjadi parameter kinerja kami. Dan untuk hal tersebut, kami dikondisikan oleh keadaan untuk membayar biaya tambahan. Yang membuat saya merasa malu, atasan saya tersebut membandingkannya dengan kondisi Bea dan Cukai bandara Hongkong yang cepat dan tanpa mengeluarkan biaya tambahan lagi! Ia juga membandingkan, kalo biaya operasional kantor di Hongkong lebih mahal seperti biaya sewa ruangan, listrik, air dan telpon dibandingkan dengan di Jakarta, tetapi di Hongkong tidak ada pengeluaran biaya tambahan lagi yang setelah dihitung secara keseluruhan biaya operasional di Hongkong bisa lebih murah dibandingkan di Jakarta.

Mungkin, petugas Bea dan Cukai di bandara Jakarta itu beriman, tetapi mereka melakukan perbuatan atau amal yang salah.

Suatu kali saat teman saya dari Hongkong saya ajak keliling kota Jakarta, banyak hal yang membuat mereka terperangah, ada metro mini yang berhenti sembarangan, bis yang isinya penuh sesak dengan penumpang dan tanpa AC, sepeda motor yang dengan bebas berseliweran disela-sela kendaraan lainnya dan nggak jelas jalurnya, pejalan kaki yang menyeberang sembarangan belum lagi ketika melewati daerah aliran sungai yang kebanyakan keruh, ada sampahnya dan banyak ditempati gubug-gubug kumuh. Semua amal yang salah itu terpampang nyata didepan mata temanku itu, yang membuat saya harus banyak bicara untuk sekedar mengalihkan perhatiannya.

Jika seorang kontraktor bangunan, mendapatkan proyek untuk membangun sebuah gedung perkantoran, maka amal saleh yang bisa dilakukan adalah: dirancang dan telah diperhitungkan sebelumnya dengan baik, menggunakan baja yang dimasukkan dalam beton sesuai dengan ketentuan, campuran semen yang digunakan sesuai tidak dikurangi, peralatan kamar mandi yang digunakan berkualitas dan sesuai dengan perjanjian, peralatan listriknya yang dipasang bukan yang abal-abal, pekerjaan dilaksanakan sesuai dan tepat waktu, tidak menyuap dan kongkalikong dengan pimpinan pemilik proyek untuk mengurangi mutu bangunan, dan segala amal saleh yang lainnya.

Apabila telah melaksanakan hal tersebut, dijamin bangunan akan menghasilkan bangunan yang baik pula, walaupun yang membuat bangunan itu seorang yang tidak percaya kepada Tuhan. Allah SWT menjamin hal tersebut:

Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. QS Huud 11 : 15

Lalu apa yang membedakan amal saleh yang dilakukan oleh orang yang beriman dengan orang yang tidak beriman, dijelaskan lebih lanjut dalam ayat berikutnya:

Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan. QS Huud 11 : 16

Seharusnya, apabila amal saleh dikerjakan oleh orang yang beriman, akan lebih dahsyat hasilnya. Amal saleh yang dikerjakan dengan keimanan tidak akan perlu pengawasan dari orang tua, atasan, polisi, calon mertua ataupun karena ada CCTV, tetapi semua ditujukan karena Allah SWT, dan balasannya di akhirat nanti.

Amal saleh yang dikerjakan oleh orang beriman juga tidak akan rapuh ataupun hampa.

Sering kita menyaksikan suatu bangsa yang maju, semua fasilitas dunia ada dengan teknologi terkini, bangunannya megah, kotanya bersih, semuanya serba modern, tetapi diisi oleh orang-orang yang rapuh: perzinahan merajalela, rumah tangga yang berantakan, orang-orang yang sibuk bagaikan robot, anak-anak muda yang mencari pelarian ke narkoba dan minuman keras, penduduk yang dihitung sebagai angka bukan sebagai manusia, orang tua yang telantar di akhir usianya dan berbagai macam permasalahan sosial lainnya. Semua itu tidak akan terjadi, jika kemajuannya dicapai oleh amal saleh yang berdasarkan keimanan.

Dan untuk bangsa Indonesia, yang sebagian besar sudah beriman, alhamdulillah, yang harus kita lakukan sekarang adalah, perbanyaklah berbuat amal saleh dalam perbuatan sosial kita!

Insya Allah, kemajuan pembangunan bangsa ini akan lebih cepat dan berkah!

Iklan
Pos ini dipublikasikan di Renungan dan tag , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s