Allah Maha Berkehendak. Semua yang terjadi di dunia ini atas kehendak-Nya, bahkan untuk setiap gerak-gerik dan desah nafas kita juga kehendak-Nya.
Kita sering mengatakan bahwa apa yang kita kerjakan adalah ‘kehendak’ kita sendiri, karena biasanya, apa yang kita inginkan sesuai dengan yang kita rencanakan. Dan ketika apa yang kita inginkan tidak tercapai, kita sering mengatakan bahwa itu adalah kehendak Allah. Padahal semua, baik tercapai atau tidak tercapai kehendak kita, semua adalah atas kehendak-Nya.
Suatu hari saya berlibur ke Yogyakarta, di akhir Desember 2012, menjelang pergantian tahun ke 2013. Waktu itu hari Jumat, saya sudah berniat jauh-jauh hari sebelumnya untuk jumatan di Masjid Kampus UGM. Sebelumnya saya pernah ke masjid Kampus UGM, dan saya suka pada arsitektur masjidnya, juga aktifitas masjid yang hidup, yang mengingatkan suasana masa kuliah dulu (yang bukan di UGM!).
Entah kenapa, saya merasakan banyak gangguan untuk menuju ke masjid UGM tersebut. Seharusnya saya menyiapkan waktu yang lebih luang untuk perjalanan menuju masjid itu, tapi ternyata mepet baru menuju kesana. Kemudian lalu lintas juga tidak terlalu bersahabat, yang membuat masjid kampus UGM terasa semakin jauh.
Akhirnya, karena waktu jumatan yang sudah dekat, saya lihat ada beberapa orang masuk sebuah sekolahan untuk Jumatan. Ada perasaan ‘menyuruh’ dari dalam untuk ke sekolahan tersebut. Perasaan itu sangat kuat, mengalahkan keinginan untuk Jumatan di Kampus UGM yang sudah dirancang jauh hari sebelumnya. Sayapun masuk kedalam. Parkir mobil, ambil wudhu dan duduk diberanda masjid karena didalam udah penuh.
Saya perhatikan kesekeliling. Bangunan masjid dan sekolah dalam kawasan itu tidak sepenuhnya bangunan baru, punya halaman yang cukup luas untuk upacara ataupun olahraga. Sekolah yang cukup maju dengan fasilitas yang memadai. Aneh juga, saya merasakan sentuhan ‘seakan sudah lama’ mengenal sekolah itu.
Selesai Jumatan, bergegas mobil keluar untuk cari makan siang. Penginnya udah pasti yang khas Yogya, mumpung ada di Yogya. Tapi jalanan macet, dan entah kenapa, saya seakan ‘disuruh’ untuk makan siang diwarung depan gerbang sekolahan itu. Sayapun makan soto. Nah waktu di warung soto itulah saya melihat ada board penunjuk kecil di dekat pintu gerbang masuk: MAN I Yogyakarta (ex PHIN). Subhanallah, saya terperanjat!!
Mungkin banyak orang tidak tahu lagi singkatan PHIN, kalo saya sangat familiar. PHIN adalah Pendidikan Hakim Islam Negeri. Bapakku adalah salah satu alumninya, dan juga bapak mertuaku, juga alumni di sekolah yang sama (adik kelas Bapakku).
Bapakku kuliah disini setelah menyelesaikan PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) di Pamekasan. Semua siswa di PHIN waktu itu adalah penerima beasiswa dari seluruh Indonesia, sehingga seleksinya sangat ketat. Seingat cerita Bapakku, hanya 3 atau 4 siswa angkatannya dari PGAN Pamekasan yang diterima di PHIN waktu itu.
Juga mengenai mendiang Bapak mertua, mendiang adalah alumni PHIN juga. Sebenarnya saya memendam keinginan untuk mengajak mendiang bernostalgia berjalan-jalan ke Yogya yang pasti akan membangkitkan memorinya mengenai masa-masa mudanya dulu, tetapi tidak sempat karena beliau wafat pada tahun 2009.
Jadi, terjawablah sudah, kenapa seakan saya ‘diarahkan’ untuk Jumatan di tempat tersebut, dan juga makan di Warung Soto depannya, sehingga tahu bahwa inilah sekolah almamater kedua Bapakku.
Saya merasakan langsung ‘tangan’ Allah mengarahkan saya ketempat tersebut, karena saya memang tidak merencanakannya. Kalo mengingat kejadian tersebut, saya masih merasakan bagaimana seakan-akan saya digerakkan untuk menuju kesana, sehingga saya menuliskannya di blog ini.
Allah Maha Berkehendak!
Website MAN I Yogyakarta: http://www.manyogya1.sch.id/man1new/?module=c2VqYXJhaA==