Kalo kasus Kanjeng Dimas, sudah pasti saya katakan sebagai penipuan, bukan termasuk investasi. Mungkin orang yang telah tertipu menganggapnya sebagai investasi, tetapi bagaimana mungkin menggandakan uang tanpa adanya suatu proses atau usaha. Peribahasa di berbagai belahan dunia juga sudah mengatakan hal tersebut: Jer Basuki Maya Bea, No Pain No Gain atau Man Jadda Wajada artinya kira-kira sama aja: hasil akan didapatkan bila kita berusaha dengan sungguh-sungguh.
Sering saya mendapat tawaran untuk investasi dan kerjasama usaha dengan sistem bagi hasil, seperti kebanyakan promosi lainnya, terlihat menggiurkan. Tapi seiring dengan perjalanan waktu, beberapa tawaran itu, ternyata kemudian terbuka kedoknya, tidak sesuai dengan iming-iming awalnya, bahkan ada yang berakhir dengan kaburnya pengelola.
Inilah beberapa hal yang saya jadikan pedoman, sehingga tidak tertipu iming-iming investasi bodong:
Hati-hati jika ada tabungan atau deposito dengan bunga tinggi. Biasanya ditawarkan oleh Koperasi atau kadang BPR. Dulu memang pernah BI memberikan bunga sampai 60% pertahun, atau sampai 5% perbulan. Itu terjadi tahun 1997, ketika krisis moneter melanda Indonesia. Kejadian ini termasuk kejadian luar biasa, dan tidak bisa dijadikan pedoman. Nah, sekarang di tahun 2016 ini, BI Rate sekitar 6 – 7%, dan deposito dari Bank terkemuka ya sekitar 10% pertahun. Biasanya Koperasi atau BPR tersebut, mengiming-imingi dengan bunga sampai 2 kali lipat dari bunga Bank pada umumnya, bahkan, ada yang memberikan bunganya dimuka.
Saya punya pengalaman, saya mendapat tawaran untuk deposito di suatu Koperasi X di kota Bogor pada waktu memberikan tawaran bunga 15% pertahun disekitar tahun 2013, dan diberikan dimuka bunganya. BI Rate waktu itu tidak jauh beda dengan sekarang, sekitar 6 – 7%. Benar, beberapa dua tahun kemudian saya lihat Koperasi itu perkembangannya menurun, dan kelihatannya pengembalian uang ke nasabah bermasalah. Jika ada Koperasi atau BPR dengan memberikan tawaran bunga lebih dari 2 kali lipat BI Rate, maka berhati-hatilah.
Hati-hati jika ada tawaran kerjasama dan bagi hasil. Pernah suatu perusahaan transportasi yang sebenarnya cukup dikenal, menawarkan pola kerjasama bagi hasil untuk pembelian mobil-mobil dan alat-alat berat. Mobil-mobil dan alat-alat berat tersebut kemudian rencananya akan disewakan, dan hasil dari sewa tersebut akan dibagi hasil dengan nasabah. Prospektus yang ditawarkan kelihatan sangat menguntungkan, return on investment sekitar 5 – 7 tahun. Tapi ada suatu hal yang membuat saya waktu itu agak ragu, kelihatannya perusahaan ini terlalu ekspansif, dengan proyek-proyek yang spektakuler. Yang saya khawatirkan dari perusahaan yang terlalu ekspansif, biasanya tidak siap dari segi manajemen. Manajemen bukan suatu hal yang mudah, apabila kita mendapatkan dana yang besar dan memulai suatu usaha, perlu waktu untuk menyiapkan sumber daya manusia (merekrut dan melatihnya), perlu waktu untuk pengadaan barangnya (mobil dan alat berat), perlu waktu untuk mendapatkan kontrak, menyiapkan sistem informasi ataupun SOP, perijinan dan perangkat keras lainnya, sehingga logikanya, apabila kita menjalankan sendiri usaha ini, seharusnya pada masa-masa awal kita tidak langsung mendapatkan hasil atau profit. Dan benar, beberapa tahun kemudian perusahaan tersebut bermasalah.
Hati-hati pada investasi agroindustri. Ada tawaran investasi untuk bagi hasil budidaya tanaman Jabon. Saya mempelajari tawaran tersebut, dan hitung-hitungannya sungguh masuk akal. Dalam prospektus ditawarkan investasi senilai Rp 25 juta, maka akan mendapatkan areal penanaman pohon Jabon seluas 5.000 M2. Setelah 6 tahun, dalam hitungan, diperkirakan akan mendapatkan hasil senilai sekitar Rp. 120 juta dari penjualan kayu Jabon tersebut. Sekilas tidak ada masalah dan sangat masuk akal hitung-hitungannya, karena sudah dihitung secara moderat dengan asumsi harga kayu yang juga sudah minimal. Untuk meyakinkan calon investor, mereka biasanya selalu mengatakan ada penjanjian didepan Notaris.
Setelah berjalan berapa sekitar 3 tahun, saya membutuhkan uang untuk suatu keperluan, dan saya ingin menarik dana investasi tersebut karena didalam perjanjiannya memungkinkan hal itu. Dan terbongkarlah kelemahan dari investasi ini. Ternyata tanaman Jabon yang dijanjikan tidak memberikan hasil yang maksimal dan bahkan boleh dibilang gagal. Untung uang investasi saya tarik ditengah perjanjian. Dan sulitnya minta ampun untuk menarik uang investasi saya tersebut, butuh waktu hampir 1 tahun, itupun setelah saya dengan ‘tabah’ (hehehe) menghubungi perusahaan pengelolanya hampir tiap hari. Dan juga, gak ngefek ada perjanjian di depan Notaris. Notaris hanyalah pencatat perjanjian, dan tidak bertanggung-jawab atas isi perjanjian.
Tawaran kerjasama dibidang agro industri seperti ini sangat rawan. Kita harus melihat perusahaan pengelolanya, haruslah yang benar-benar berpengalaman dan telah lama di agroindustri. Gangguan pada tanaman juga sangat rawan, pada usia 1 – 2 tahun bisa saja dalam keadaan sehat, tapi kemudian terserang hama dan mati dalam waktu singkat, untuk itu perawatannya harus konsisten. Belum lagi gangguan keamanan dari penjarahan jika telah mencapai usia panen. Saya belum pernah mendapat testimoni yang positif yang saya dengar langsung dari ex investor agroindustri ini.
Hati-hati dengan tawaran investasi logam mulia dalam bentuk saham. Teman dekat saya mempromosikan pembelian saham yang kemudian dikonversi dengan berat emas yang disesuaikan dengan harga emas yang berlaku dan asumsi lainnya. Seperti biasa, tawaran hasilnya menggiurkan. Tetapi saya ragu dengan keamanannya, karena tawaran investasi ini tidak umum. Mungkin perusahaan ini menangkap keraguan calon konsumen, makanya kemudian di prospektusnya diperlihatkan foto-foto dari petinggi perusahaan ini dengan petinggi negara. Saya tetap ragu, dan dengan halus menolak tawaran ini. Benar, beberapa saat kemudian terbukti bahwa perusahaan ini collapse dan tidak mampu bayar. Dan petinggi yang foto-foto dengan petinggi negara itu juga sudah tidak di Indonesia lagi.
Secara umum, pilihlah instrumen investasi yang sudah jelas keamanannya. Jangan tergiur dengan iming-iming hasil yang tinggi. Instrumen investasi yang sudah umum misalnya: deposito, saham, SUN atau ORI, unit link dari asuransi, logam mulia atau tanah.
Kalau ingin mendapatkan hasil yang cepat (dan tentunya juga dengan resiko yang tinggi) adalah dengan menjadi pengusaha langsung. Anda bisa menjadi boss dari usaha sendiri, mengetahui dan belajar secara langsung bisnis anda dan yang paling utama juga adalah, anda menciptakan lapangan kerja abgi orang lain. Sangat mungkin anda memperoleh return on investment dalam waktu kurang dari 1 tahun apabila anda menjalankan bisnis anda sendiri.
bagusnya investasi apa dong kak
Tergantung profil investasi Winny, konservatif, moderat ato risk taker…
Kalo menurut saya, moderat cukup yah, dengan invest safe haven seperti tanah dan logam mulia…
Waduh, saya juga kasus nih dengan investasi jabon. Bedanya, saya belum berhasil tarik dananya. Bisa kontak saya via email? Terima kasih.
Bisa Pak, email saya di ahmadramadlan@yahoo.com