Kenapa Tembok China dimasukkan sebagai tujuh keajaiban dunia? Karena Tembok China satu-satunya produk China yang awet dan dapat bertahan lebih dari satu bulan!
Hehehehe, itulah anekdot internasional, bukan hanya di Indonesia. Sarkastis tapi rasanya benar!
Produk China terkenal sebagai produk KW dan imitasi dari produk berkualitas dan bermerk tetapi dengan mutu yang lebih rendah. Walau begitu, untuk Indonesia yang mempunyai pendapatan perkapita rendah, harga dari produk China yang murah, lebih menjadi pertimbangan daripada kualitas, dan produk China-pun membanjiri Indonesia!!
Saya sering antar istri saya belanja di Thamrin City. Lokasinya strategis, harganya lebih mahal sedikit dari Tanah Abang, tetapi tempatnya lebih nyaman.
Untuk membunuh kebosanan nungguin istri yang dengan semangat dan tak kenal lelah mencari model dan harga yang sesuai, saya sering ngobrol dengan penjaga-penjaga toko disekitarnya. Dan, kebanyakan, mereka mengatkaan banyaknya produk yang berasal dari China. Bahkan Batik (kain batik cetak) yang diklaim merupakan warisan adiluhung nenek moyang bangsa Indonesia, ternyata juga banyak buatan China. Taplak meja, selimut, peralatan umrah dan haji, sepatu dan sandal, baju anak-anak sampai dewasa, jilbab juga banyak yang dibuat di China.
Sebagai wujud dari salah satu patriotisme ekonomi saya, kadang saya tanyain dulu, ini dapatnya dari mana? Kalau dibilangnya buatan China, biasanya saya bilang ‘Wah saya mau cari yang buatan Indonesia nih, biar orang-orang kita sendiri yang bekerja untuk membuatnya, daripada beli ke China, berarti kan orang China dong yang dapat pekerjaannya!’ Responnya, sang penjual biasanya tersenyum dan gak berkata apa-apa. Sedikitnya, saya ingin agar omongan saya membekas dalam benaknya, dan siapa tahu suatu saat menjadi kesadaran kolektif untuk mengutamakan produk dalam negeri.
Hal lain, bila saya liat dari labelnya jelas terpampang buatan China ataupun dengan merk China, saya dan istri tidak membelinya meski murah.
Dulu Tasikmalaya terkenal dengan kerajinan bordiran-nya. Tapi sekarang sudah mulai sirna, bordiran China juga membanjiri Thamrin City. Saya tanya ke penjualnya, kenapa lebih suka menggunakan jasa bordiran dari China dibandingkan dengan pesan ke Tasikmalaya? Jawabannya: bordiran China lebih murah dan rapi (memakai mesin bordir yang terprogram) dan salesnya aktif nawarin, bahan yang mau dibordir diambil dan sesudah selesai diantarkan!!
Wow, bayangkan, China yang terletak puluhan ribu kilometer dari Jakarta bisa menawarkan barang dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan produk sejenis dari Tasikmalaya yang hanya berjarak ratusan kilometer dari Jakarta. Luar biasa!!
Kalau untuk rukuh, istri saya biasanya masih beli produk dalam negeri, tapi untuk taplak meja bordir, terpaksa beli buatan China, mau gak mau akhirnya kita beli juga karena memang barang itu yang banyak nongol dipasarkan.
Agresifitas ekspansi produk China juga bias dilihat dari seringnya iklan untuk menjadi pemasar produk China, dan biasanya yang datang berjubel! Saya membayangkan keuntungan yang berlipat, dan tergerak untuk mengikutinya, tetapi setelah dipikirkan lagi, rasanya tidak tega membeli produk negara lain, sementara kita tahu bahwa banyak pekerja bangsa sendiri bekerja di pabrik-pabrik untuk membuat produk yang sama.
Saking banyaknya seminar yang menawarkan peluang untuk mengimpor produk China, banyak diantaranya yang hanya penipuan belaka. Menyelenggarakan seminar dengan tiket masuk yang murah sekitar Rp 100 – 250 ribu, tetapi setelahnya masih ditawarkan untuk mengikuti workshop dan grosir tour ke China dengan harga tiket jutaan.
Bagi anda yang akan mengikuti seminar tersebut, hati-hati didalam memilih seminar yang akan diikutinya, dan saran saya, lebih baik tidak usah ikut sama sekali, jadilah patriot bangsa dengan membeli produk-produk dalam negeri!
cintai produk indonesia