Semangatnya Jamaah Tabligh…

jamaah-tabligh-facebook

Gambar diambil dari: kabar24.bisnis.com

Tak terasa bulan Ramadlan mau memasuki puluhan hari terakhir Jika Ramadlan tahun ini adalah tahun 1438 H, maka saya yang lahir pada 8 Ramadlan 1391 H, telah mengalami 47 kali bulan puasa. Dan puasa tahun yang lalu, adalah salah satu puasa saya yang berkesan.

Berkesan karena saya bisa mengenal lebih dekat mengenai Jamaah Tabligh atau Jamaah Dakwah. Beberapa hari ikut itikaf di Masjid pada waktu 10 hari terakhir bersama mereka di beberapa masjid di Kota Bogor. Dari situlah saya mengenal mereka lebih jauh.

Perkenalan saya dengan saudara-saudara Jamaah Tabligh, pertama kali waktu SD. Saya tinggal di Kamal – Madura. Pada waktu itu, kira-kira 30 menit menjelang shalat Ashar, ada dua orang berpakaian putih, asing, menghampiri saya. Dengan wajah ramah, mereka mendatangi tiap rumah di gang rumah saya. Hanya satu pesan yang disampaikan, mengajak kita untuk shalat berjamaah di masjid yang gak jauh dari rumah.

Saya merasa aneh, ada orang ngajak shalat ke Masjid, tidak pernah ada ajakan seperti itu sebelumnya!  Ada rasa ‘digurui’, kok sesama muslim masih ajak-ajak sih, kan juga udah tahu kalo shalat jemaah lebih baik, tapi kan selama ini ya suka-suka saja, mau shalat jemaah atau shalat sendirian ya silahkan, gak ada paksaan, dan kali ini saya merasa sedikit ‘dipaksa’. Saya mengiyakan, dan ‘terpaksa’-lah waktu itu saya berangkat ke masjid. Bukan karena termotivasi ibadah berjemaah lebih baik, tapi karena sudah kadung ‘janji’ akan datang ke masjid ke dua orang yang ngajak tadi.

Sesudahnya, saya tidak ada minat untuk mengetahui lebih jauh mengenai Jemaah Tabligh. Saya hanya sering melihat: jika ada beberapa orang yang jalan kaki, pake baju putih, membawa ransel dan kadang juga peralatan kayak mau kemping, itulah Jamaah Tabligh! Kesan dari saya: kok cari sengsara ya, banyak mobil tapi malah berjalan kaki, bawa kompor segala, kan tinggal beli di warung kalo mau makan, intinya menurut saya: anti kemajuan dus juga pasti anti keterbukaan.

Waktu kuliah beberapa kali mendengar mengenai Jamaah Tabligh ini. Beberapa teman ikutan Jamaah Tabligh ini, dan anehnya, kebanyakan yang ikut Jamaah Tabligh ini adalah anak-anak yang bandel. Sebagai mahasiswa yang merasa sok pintar (padahal bodoh, hehehe) saya menganalisa kalo metamorfosa dari teman-teman ini hanya sesaat. Mereka yang bandel serasa menemukan oase kesejukan dengan dakwah model ini, dan biasanya hanya sesaat disamping karena ingin coba-coba saja.

Salah satu yang ikut adalah sahabat saya, dia pernah saya marahi karena nakal bawa teman perempuan ke kamarnya, eh entah kena apa dia bisa jadi berubah, ikutan Jamaah Tabligh ini, hadehh, nih pasti sudah dicuci otaknya, dan juga sikapnya yang labil, sehingga mudah dimasuki dogma-dogma seperti itu, pikirku. Sedang saya, sudah merasa cukup dapat bekal agama dari orang tua (wuih sombongnya!!), dan juga sudah diwanti-wanti sama ortu agar jangan ikut-ikutan ajaran yang gak jelas.

Satu yang membekas dalam pikiran saya, kok aneh ya, bisa berubah gitu, dari bandel jadi alim mendadak!!

Lama kemudian, saya mendengar beberapa saudara jauh ikutan kelompok Jamaah Tabligh ini, kesannya masih tetap miring, sering meninggalkan keluarga untuk kegiatan berdakwah! Rumornya, kenapa jauh-jauh berdakwah tetapi keluarga yang ditinggalkan malah telantar?!?

Lebih intens berhubungan dengan anggota Jamaah Tabligh ketika berhaji tahun 2013. Saya memperoleh kesan yang lebih positif dibandingkan dengan yang sebelum-sebelumnya. Waktu saya duduk di dalam Masjid Nabawi, ada seorang anak muda mendatangi saya. Awalnya ngobrol biasa saja, basa-basi, dari mana, kerjaannya apa, gimana keluarganya dan lainnya. Terus kemudian ngobrol lebih spesifik mengenai ibadah haji. Dia dari Yaman dan sedang kuliah di Madinah, namanya Hamzah. Dia menyampaikan ingin membantu para jamaah lain untuk pelaksanaan ibadahnya baik di Madinah maupun Makkah. Dia menyampaikan siap mendampingi kita apabila ada hal yang tidak dimengerti. Dan kemudian iapun memberikan nama dan nomer hapenya juga tempat dimana biasanya berkumpul.

Dan, ia kemudian aktif menghubungi saya. Tidak memaksa dan tulus untuk membantu. Saya juga ketemu dengan kelompoknya, dan  saya ngajak teman-teman untuk ikutan ngobrol dan berdiskusi. Haji memang merupakan tempat untuk bersilaturahmi antar bangsa, dan momen itu saya manfaatkan penuh.

Saya dan teman-teman juga merasa terbantu, mereka menerangkan detail ibadah haji dan juga tentang hal lain mengenai keseharian. Kita diajak juga ke markas-nya. Disebuah tempat di Madinah, sekitar 10 menit dari Masjid Nabawi , diajak sarapan bareng dan ngobrol-ngobrol.

Untungnya diantara teman kita satu rombongan ada yang fasih berbahasa Arab, jadi komunikasi lebih lancar. Kalo saya berkomunikasi dengan bahasa Inggris, tetapi mereka tidak sepenuhnya mengerti, hanya satu dua orang saja yang lumayan fasih ngomong Inggris.

Sungguh, ini termasuk makan pagi yang istimewa dan tidak akan saya lupakan dalam hidup saya. Makanan ala arab, ada roti dan gulai kambing, kita makan bareng-bareng dalam satu talam. Satu talam dikerubutin 3 – 5 orang. Asyik juga.

Salah satu yang dianggap ketua rombongan dari mereka menyampaikan, apabila ingin ada layanan bimbingan ibadah haji, mereka juga bisa mengirim anggotanya ke kamar hotel. Awalnya bingung, kok kamar hotel, privacy banget, emang mau ngapain?!? Ternyata ada alasannya. Kerajaan Arab Saudi sering mengadakan razia apabila ada kajian-kajian keagamaan yang tidak resmi dari Kerajaan, untuk mencegah adanya aliran-aliran sesat. Trus apakah Jamaah Tabligh termasuk sesat, gak juga, Saudi itu termasuk yang kaku dalam menetapkan aturan, dan sering gak babibu lagi menanyakan lebih detail. Saya pikir langkah preventif ini juga perlu, mengingat jumlah jemaah haji yang berjuta dari ratusan negara, sehingga kadang tidak sempat lagi menelaah satu persatu.

Akhirnya kami sepakat mereka akan kirimkan satu orang ustadz, dan alhamdulillah animo teman-teman lumayan juga, tidak jadi di kamar, tapi di lorong gang antar kamar mengingat jumlah pesertanya lumayan banyak. Dan yang diajarkan gak aneh-aneh, kita dapat tambahan ilmu mengenai sejarah kota dan tempat ziarah, hal yang biasanya tidak kita dapatkan di manasik haji.

Jumlah mereka di tanah suci (Mekkah dan Madinah) juga lumayan banyak. Pada waktu saya di Mekkah, saya pernah disapa salah satu dari mereka. Mereka menyapa melihat saya yang wajah Indonesia, dan menyampaikan akan berkunjung ke Indonesia dalam rangkaian ibadah tabligh. Wah, saya melihat antusiasnya yang terpancar seakan pengin cepat-cepat datang ke Indonesia, padahal usianya bisa dibilang tidak muda.

Kesan saya mengenai mereka juga mulai berubah. Ingin menjadikan dakwah sebagai ladang amalnya, berdiaspora keliling dunia untuk dakwah, anggotanya juga sangat heterogen dari segi usia maupun status sosialnya.

Sampai sekarang, saya tetap berkomunikasi dengan Hamzah, walaupun sekedar kirim WA untuk say hello.

Di tempat tinggal Bogor, ada satu sahabat saya yang aktif banget di Jamaah Tabligh. Metamorfosa-nya juga luar biasa, saya kenal dia sebelumnya karena sering ditawarin untuk ikut Amway, MLM dari Amerika. Kegigihannya patut diacungi jempol pada waktu dia di Amway, beragam materi promosi diberikan ke saya, buku-buku, leaflet dan juga CD. Dan itupun saya tidak terpengaruh, hehehe.

Dari Amway yang sangat hedonis, kemudian tiba-tiba ia tampil berjanggut dan memakai gamis. Pada waktu sudah berubah, saya juga tetap berkomunikasi dengan dia. Pembicaraannya sudah pasti berubah topik, yang sebelumnya ngajak ke pertemuan-pertemuan MLM, sekarang ngajak ke pengajian.

Ok-lah saya turutin, apa salahnya sih ikut pengajian, dapat pahala, hehehe. Saya beberapa kali ikut pengajiannya, dan semakin memahami gerakan dakwah mereka. Betapa mereka sangat bergairah untuk berdakwah karena itu merupakan ladang amal dan jihad fisabilillah, juga sekaligus untuk mengontrol diri sendiri. Saya semakin salut. Setelah pengajian kemudian ada makan bersama, pakai nampan, dan satu nampan bisa sekitar 3 – 5 orang yang makan disitu, terus terang untuk yang kebiasaan ini saya masih belum bisa beradaptasi, rasanya agak risih sih. Tapi anehnya makan jadi nikmat, karena rame-rame dan sambil ngobrol itu.

Naah, kemudian saya di ajak untuk ikut itikaf di 10 malam terakhir. Itu terjadi pada waktu bulan puasa tahun 2015 yang lalu. Itulah salah satu itikaf yang berkesan buat saya. Berkesan bukan hanya karena suasananya yang baru tetapi juga dari kualitas ibadahnya yang benar-benar beda.

Itikaf 10 malam terakhir saya biasanya tidak marathon, hanya pilih yang ganjil saja, sedangkan mereka biasanya full 10 hari. Mereka biasanya juga pindah-pindah tempat, saya 2 kali ikutan di masjid yang berbeda.

Itikaf yang pertama waktu itu di sebuah masjid komplek yang terletak ditengah-tengah perumahan padat penduduk di Bogor. Oleh sahabat, saya diperkenalkan dengan ketua rombongan (Amir Shaf istilahnya) yang membuat saya kaget luar biasa.

Waktu saya datang memang sudah agak malam, saya lihat ada anak muda bersurban, dan kupingnya ada bekas tindik yang besar. Kemudian saya shalat tahiyatul masjid, dan sesudahnya ngaji.

Sesudah ngaji, anak muda bersurban masih berdzikir dengan khusuk. Sementara saya buka-buka handphone. Sesudah dia selesai, kemudian saya diperkenalkan dengannya, ternyata dia adalah Amir Shaf untuk kegiatan itikaf ini. Berhadapan dengannya bikin merinding. Tangannya penuh tatto kelihatan dari sela-sela baju lengan panjangnya. Melihat penuhnya tatto sampai ketangan, saya pastikan sekujur tubuhnya juga penuh tatto, karena dilehernya juga ada tato. Wow, ternyata dia Amir Shaf-nya.

Badan yang penuh tatto, kuping yang berlubang, persis anak punk seperti dijalanan, cuman yang ini pakai jubah dan surban. Saya membayangkan proses metamorfosanya, kok bisa ya?!? Itulah kalo sudah mendapatkan hidayah dari Allah SWT.

Waktu berbicara, suaranya agak cadel. Orangnya bicara seperlunya saja, dan ada kharisma tersembunyi karena rata-rata orang-orang yang berbicara dengan dia selalu mendengarkan apa yang dikatakan, entah antara kharisma atau keheranan mungkin, kok bisanya ada anak punk bersurban?!? Hehehe…

Pada waktu itikaf, setelah larut malam, mereka tidur, dan sekitar pukul setengah 3 pagi sudah dibangunkan lagi. Untuk shalat tahajud, dan juga untuk mempersiapkan makam sahur. Makan sahur ala kadarnya, hasil masakan mereka sendiri. Ada yang bertugas untuk memasak, ada yang bertugas menyajikan, dan saya sebagai tamu bertugas untuk makan saja, hehehe.

Setelah sahur, siap-siap untuk shalat Subuh. Setelah Subuh mereka isi dengan pengajian, mereka meminta kepada pengurus Masjid untuk mengisinya, dan bila tidak ada kegiatan rutin pengajian, mereka yang akan mengisinya. Kebetulan waktu itu Amir Shaf bertatto yang mengisi kultumnya. Orang-orang terpesona mendengarkan ceramah singkatnya, tentang keutamaan shalat jemaah. Mungkin sama seperti saya, antara terpesona, heran dan juga malu pada diri sendiri. Nih ada preman insyaf yang lagi ngisi ceramah, isinya bernas, dengan dalil-dalil agama yang fasih walau suaranya agak cadel bawaan lahir. Malu, karena preman bertato bisa insyaf, sedang para pendengar, meski kelihatan alim, merasa belum sempurna ibadahnya.

Setelah acara kultum, kemudian mereka ngaji, tadarus, dan sesudahnya membentuk lingkaran rapat koordinasi sebentar.

Rapat koordinasinya singkat dan berisi. Secara bergiliran ada yang ditugasin untuk memimpin rapat harian. Dan sesudahnya, setiap orang diberikan giliran untuk bicara. Yang dibicarakan, apa yang akan mereka lakukan pada hari ini. Ada yang menyampaikan target baca Al Qurannya, ada juga yang menyampaikan telah mengajak sekian orang untuk shalat berjamaah, ada juga yang melaporkan telah diskusi dengan beberapa masyarakat sekitar mengenai dakwah, ada yang melaporkan untuk diminta mengisi ceramah di suatu tempat. Dan terakhir, ada laporan mengenai kas keuangan mereka, kemudian kalo kurang minta sumbangan ala kadarnya.

Pada waktu ada kesempatan ngobrol dengan mereka, terungkap mereka mempunyai beragam profesi. Ada yang PNS, polisi, karyawan swasta, wiraswasta dan juga pelajar SMA maupun kuliah. Mereka bukan orang-orang pengangguran lho, sesuatu yang saya tuduhkan pada awalnya! Bahkan banyak nama pesohor yang ikutan seperti Anton Bahrul Alam (Jenderal Purnawirawan Polri), Derry Sulaiman dan Sakti ex SO7, dua musisi tersebut juga Jamaah Tabligh.

Saling bercerita mengenai kegiatan dakwah mereka. Biasanya dalam sebulan mereka mempunyai target untuk ‘keluar’ atau khuruj selama 3 hari. Atau dengan prosentase, 10% dari waktu mereka dikhususkan untuk dakwah. Tingkatan yang lebih besar lagi apabila mereka melakukan kegiatan dakwah selama 40 hari penuh, kemudian 4 bulan penuh, dan tingkatan tertinggi apabila mereka melakukan dakwah selama 1 tahun penuh secara terus menerus. Selama mereka melakukan dakwah, mereka benar-benar berusaha konsentrasi ke dakwah, termasuk seminimal mungkin kontak dengan ‘dunia luar’ seperti bisnis ataupun keluarga. Benar-benar untuk dakwah!

Mereka melaksanakan dakwah dengan penuh gairah tanpa harus memaksa. Sering mereka punya pengalaman ditolak untuk menginap disatu masjid, ataupun tidak diijinkan masuk didalam satu lingkungan. Bila ditolak, mereka gak akan memaksa, akan cari tempat lain yang menerimanya, karena mereka merasa, kewajiban mereka hanyalah menyampaikan, diterima tidaknya, itu adalah kuasa Allah SWT.

Ada beberapa hal yang mereka anggap ‘tabu’ untuk dibicarakan atau dilakukan. Mereka tabu untuk berbicara yang khilafiyah didalam agama karena jamaahnya beragam, tabu berbicara tentang politik dan memperdebatkannya, tabu berbicara mengenai jabatan seseorang dan tabu meminta sumbangan dari masyarakat.

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat (jemaah) yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

QS Al Imran 104

Itulah salah satu dalil agama yang dijadikan pegangan oleh mereka. Umat islam pendahulu pada jaman rasul adalah para pendakwah. Mereka yang tinggal di Makkah dan Madinah menyebar keseluruh penjuru dunia untuk menyebarkan Islam.

Pahala yang tinggi untuk beribadah di Makkah dan Madinah, tidak menyurutkan para sahabat rasul untuk berdakwah diseluruh penjuru dunia. Itu berarti bahwa dakwah ke seluruh penjuru dunia mempunyai derajat tersendiri di sisi Allah SWT. Nabi Muhammad SAW bersabda,“Salat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1.000 salat di masjid lainnya selain Masjidilharam. Salat di Masjidilharam lebih utama daripada 100.000 salat di masjid lainnya.”

Saya merasa iri dengan mereka. Dengan semangat yang tinggi menyebarkan kebajikan ke semesta, meninggalkan jejak kebaikan yang menjadi amal jariah.

Menjelang 10 hari terakhir di bulan Ramadlan 1438 H, kenangan itikaf yang penuh makna lalu kembali muncul…

Iklan
Pos ini dipublikasikan di Opini dan tag , , . Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s