Work from Home…

Sumber foto: Brilio.Net

Istilah Work from Home lagi ramai, imbas pandemik Corona. Kita dianjurkan untuk tetap dirumah, memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19, dan agar tetap produktif  maka kita diwajibkan Work from Home.

Istilah Work from Home (WFH) yang lagi popular ini membuat saya ingat tempat kerja saya yang dulu, 13 tahun silam.

Tahun 2007-2009 saya bekerja di perusahaan publik berpusat di Inggris yang bergerak dibidang logistik suku cadang pesawat. Ada ribuan suku cadang pesawat yang menjadi mata dagangannya, tersebar di beberapa lokasi antar benua (Australia, Jepang, Hongkong, China, Indonesia, Inggris dan beberapa tempat di Eropa), tapi semuanya terangkum dalam satu database besar yang mudah diakses.

Teknologi Informasi menjadi andalan, interaksi kita sebagai karyawannya dengan database perusahaan yang ada di jaringan komputer memakan waktu paling besar dalam jam kerja kita. Departemen saya Account Management, berhadapan langsung dengan pelanggan yang menyampaikan kebutuhannya sampai closing, urusan penagihan dan komersial, kemudian di-internal, Account Management  membawahi para planner yang merancang pemenuhan kebutuhan pelanggan dengan tepat waktu dan biaya yang efisien, departemen saya juga berhubungan erat dengan bagian gudang (warehousing) yang secara fisik melayani kebutuhan pelanggan, mengatur tempat suku cadang, koordinasi dengan transporter, bea cukai dan lainnya.

Meskipun menangani ribuan suku cadang, karyawan juga tidak banyak dan efektif, komunikasi antar karyawan sangat mudah, bisa memakai chat di intranet ataupun memakai jaringan Blackberry yang pada jamannya merupakan maestro teknologi informasi dalam genggaman. Dalam sehari-hari, komunikasi karyawan antar negara kebanyakan lewat email kemudian telepon, dan sepekan sekali ada teleconference tingkat regional, tiap  dua pekan teleconference untuk semua akun Asia Pasifik. Dan sesekali, CEO Perusahaan menyampaikan kebijakan lewat teleconference untuk seluruh akun didunia. 

Bagi manajemen tempat saya bekerja waktu itu, kehadiran dikantor bersifat pilihan. Saya bisa lebih sering Work from Home daripada harus hadir dikantor yang memakan waktu perjalanan. Yang membuat saya harus ke kantor, karena saya sebagai representative perusahaan yang kadang harus berhubungan dengan manajemen pelanggan dan punya anak buah tidak langsung bagian gudang dimana mereka harus hadir secara fisik, dan saya harus ‘menjaga’ agar saya juga ‘sering terlihat’. Kalopun saya kekantor, jam datang dan pulangnya juga bebas.

Lain lagi, sahabat saya yang bekerja di Technical Representative pabrik mesin pesawat terbang dari Eropa. Para pengguna mesin pesawatnya di wilayah Indonesia, apabila mempunyai permasalahan teknik mengenai mesin tersebut dapat menghubungi teman saya kapanpun, kemudian bila bisa ditangani sendiri ia akan menyampaikan beberapa rekomendasi dan apabila tidak, ia akan menyampaikan permasalahannya ke kantor pusat. Rapat rutin melalui teleconference dilakukan tiap pekan, sedang untuk pelaporan dilakukan per-kasus dan ada rekapitulasi pelaporan yang disampaikan setiap pekan, dan untuk pelaporan yang dilengkapi dengan analisa kehandalan (reliability report) produk dilakukan perbulan yang digabung menjadi analisa kehandalan dari seluruh akun di dunia.

Kehadirannya dikantor bisa dihitung jari, dalam sepekan, rata-rata sekitar 2 – 3 kali ke kantornya yang berada di lingkungan Bandara untuk melayani keluhan pelanggan yang membutuhkan pengamatan langsung ke lokasi. Selebihnya, semua pekerjaan ia lakukan dari rumah.

Ada juga saudara yang curhat ke saya. Dikantornya, ia tidak mendapatkan lagi ruangan kerja khusus, bukan karena turun jabatan, tapi memang kebijakan dari kantornya. Semua ruangan kerja khusus yang biasanya diberikan kepada pejabat struktural dan area kerja kubikal untuk pegawai kerja umumnya ditiadakan. Tidak ada ruangan yang disekat secara massif, semua menjadi satu dalam ruangan terbuka. Dan hebatnya, dalam ruangan terbuka itu, tidak ada meja kursi yang disediakan khusus bagi seseorang pegawai. Siapa yang datang duluan, punya hak memilih tempat kerja dimana saja yang ia suka. Karenanya, tidak boleh ada dokumen atau hal yang bersifat pribadi ditempatkan pada meja kerja itu.

Tempat kerja saudara saya itu adalah perusahaan telekomunikasi milik Negara (BUMN). Pada waktu itu, memang sedang menerapkan kebijakan paperless, semua dokumen dalam bentuk e-file, semua verifikasi yang membutuhkan tanda-tangan juga dilakukan paperless. Akses dokumen bisa dilakukan oleh semua karyawan sesuai dengan hirarki-nya. Sebenarnya, ia bisa melakukan pekerjaan itu semuanya dari rumah, Work from Home, alasan yang membuat ia harus tiap hari ke kantor karena regulasinya belum memungkinkan (maklum BUMN, pasti terkait dengan Birokrasi, hehehe).

Lain dengan keponakan saya, baru tamat kuliah ia langsung bekerja di perusahaan startup pembayaran digital yang baru didirikan pada tahun 2018. Meski baru didirikan, prospek perusahaannya bagus dan sudah menembus level Unicorn. Didirikan dijaman millennial, tentu mengadopsi regulasi dan birokrasi jaman sekarang. Dikantornya disediakan ruang kerja yang lebih mirip tempat wisata. Semua ruangan dibuat santai, meja kerja dibuat tidak formal, ada beberapa akuarium, beberapa dibuat tempat duduk ala café dengan stool, kursi ayunan, lapangan golf mini dengan rumput sintetis dan lainnya.

Jam kerja kantor gak jelas, yang jelas target kerjaannya. Ponakan saya bisa ijin untuk WFH setiap saat, dan itu tidak butuh verifikasi lama dari atasannya, dalam beberapa menit saja dan semua dilakukan lewat smartphone.

Fenomena pandemik virus Corona, salah satu alasan yang membuat perusahaan berpikir untuk lebih mengoptimalkan Work from Home tanpa kehilangan produktifitas dengan menyiapkan perangkat-perangkat dan aturan-aturannya. Dengan teknologi sekarang, apa yang dulu tidak mungkin dikerjakan tanpa kehadiran manusia sekarang sudah menjadi mungkin. Untuk hal yang sederhana pengganti meeting misalnya, sekarang sudah memakai video conference yang jauh lebih ‘hidup’dan mumpuni dibandingkan dengan tele-conference.

Dulu karyawan bagian produksi yang membutuhkan pelibatan manusia paling tinggi untuk operasionalnya. Tapi sekarang sudah bisa dilakukan oleh robot dan CNC (Computer Numeric Control), teknologi terbaru adalah 3D Printing, semudah halnya kita mencetak dokumen ataupun foto.

Vauxhall dan Airbus (keduanya perusahaan Eropa yang merupakan perusahaan otomotif berkolaborasi dengan perusahaan pembuat pesawat terbang), khusus untuk menghadapi ancaman meningkatnya pandemik virus Corona ini membuat ventilator (alat bantu pernapasan) dengan teknologi 3D-Printing. Semua bisa dilakukan dengan sedikit interaksi manusia, hanya dibelakang layar.

Petugas Customer Service, yang rasanya dulu tak mungkin dilakukan oleh mesin, sekarang sudah banyak digantikan oleh computer dan robot. Mungkin kalo robot kesannya kurang bersahabat, sekarang ada hologram manusia yang persis sama dengan manusia memakai teknologi pencahayaan yang menciptakan ‘manusia’ berwujud hologram.  

Sejatinya, pesawat transportasi modern sudah bisa diterbangkan tanpa kehadiran awak pesawat (pilot dan co-pilot) sejak tahun 1990-an. Teknologi autopilot sudah ada, dan pengendalian jarak jauh juga sudah bisa dilakukan pada pesawat. Satu-satunya alasan yang membuat mereka harus tetap hadir adalah álasan psikologis’, bisa dibayangkan bagaimana reaksi penumpang apabila mereka tahu kalo mereka diterbangkan tanpa pilot manusia.  Untuk alasan tersebut, teknologi nir-awak pada pesawat baru bisa digunakan untuk pengangkutan barang atau misi khusus lainnya.

Teknologi sudah sangat berkembang yang memungkinkan kita untuk tetap produktif tanpa harus hadir di kantor. Blessing dari pandemik Corona, semoga kita bisa terus mencari hal kreatif untuk tetap produktif walau kita bekerja dari rumah.

Sekarang, mungkin bagi sebagian besar pegawai, ‘Work from Home’ lebih  berarti ‘standby tinggal dirumah dan harus siap bila diperlukan’akan ada saatnya nanti dimana sebagian besar pegawai melakukan pekerjaan kantor dari rumah.

Selamat bekerja dari rumah!

Iklan
Pos ini dipublikasikan di Opini dan tag , , . Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s