
Pernah lihat acara Doomsday Preppers di TV Kabel National Geographic? Acaranya sekitar tahun 2011-an, waktu itu memang lagi kencang isu kiamat tanggal 21 Desember 2012, sampe dibuat film-nya berjudul ‘2012’, yang memprediksi akan ada kejadian besar pada tahun 2012.
Harfiahnya, ‘Doomsday Preppers’ berarti ‘Orang-orang yang Mempersiapkan Menghadapi Hari Kiamat’. Hari kiamat disini agak hiperbola sih, ya maksudnya kejadian yang luar biasa seperti bencana alam, kekacauan social seperti perang dan huru-hara, fasilitas umum yang tiba-tiba terhenti dan tidak berfungsi seperti listrik dan lain-lain, bom nuklir, senjata biologi dan bahkan wabah penyakit (pandemic).
Para ‘preppers’ ini sudah mempersiapkan fasilitas dan kelengkapannya sehingga mereka dapat bertahan hidup ketika ‘kiamat’itu terjadi.
Misalnya nih, tanpa diduga, terjadi huru-hara dengan sentimen kesukuan disuatu daerah ‘Antah’ . Suku Alfa yang minoritas diburu oleh suku Bravo yang merasa menjadi leluhur di daerah Antah.
Sebelumnya suku Alfa dan Bravo hidup damai berdampingan, saling membaur di daerah Antah. Dan daerah Antah-pun juga termasuk daerah yang maju, banyak mengundang iri daerah lain karena kemajuannya. Dalam sejarahnya, orang-orang suku Alfa termasuk pendatang di daerah Antah, mungkin karena pendatang, mereka mempunyai semangat yang lebih untuk bertahan di daerah Antah. Orang-orang Alfa terkenal ulet, pekerja keras, mau bekerja apa saja, sehingga kehidupan orang-orang suku Alfa lebih makmur daripada suku B yang sudah lebih dahulu menempati daerah Antah.
Sudah banyak orang-orang suku Alfa yang nikah dengan suku Bravo, mereka sudah sangat membaur satu sama lain.
Dan tiba-tiba semua berubah dalam sekejap, ada isu kesukuan, ditambah dengan adanya kesenjangan dan adanya provokator yang memanas-manasi. Tiba-tiba daerah Antah yang aman damai menjadi bergejolak dan panas. Orang-orang suku Alfa dipandang jadi biang masalah dan mereka diburu untuk dihabisi. Orang-orang suku Bravo gelap mata, sudah tidak melihat lagi siapa yang benar siapa yang salah, pokoknya yang masih berbau suku Alfa harus dihakimi, mati!
Bayangkan ‘kiamat’ yang terjadi jika anda salah seorang dari suku Alfa. Kemana harus lari dan bertahan hidup, semua sudah terkepung dan seakan kematian sudah di depan mata.
Nah, para ‘dooms prepper’ itu sudah memikirkan kemungkinan kiamat’-kiamat’ seperti itu, dan bagaimana harus mengantisipasinya.
Mereka membangun bangunan bawah tanah (bunker/shelter) yang tidak diketahui oleh orang, bangunan yang tahan gempa, bom nuklir atau radiasi, menyiapkan tenaga listrik yang mandiri, merancang sirkulasi udara yang baik, alat komunikasi ke luar yang independen dan persediaan makanan yang memadai. Menyimpan Obat-obatan dalam jumlah cukup. Merancang pasokan air yang bisa diandalkan. Menyiapkan persenjataan. Bahkan juga harus ada bibit tanaman dan ternak hewan konsumsi apabila krisisnya diperkirakan lama.

Seberapa kekuatan bangunan, berapa macam persediaan yang harus ada, fasilitas apa yang harus disiapkan ditentukan oleh perkiraan waktu minimal harus bertahan hingga keadaan normal dan jenis ‘kiamat’apa yang mungkin terjadi sangat menentukan desain shelter, persediaan atau perlengkapan apa yang harus dipersiapkan.
Dan dalam kehidupan modern, sudah sering kali terjadi chaos sosial dengan alasan kesukuan, agama dan politik. Di Indonesia pernah terjadi di Sampit – Kalimantan Tengah, Poso dan Ambon. Di belahan negara lain ada kekerasan pemusnahan ras (ethnic cleansing) Bosnia – Serbia, huru-hara politik di Libya, perang dengan latar belakang politik – agama di Suriah dan lainnya. Bencana alam dalam skala besar juga kerap terjadi, gempa bumi besar tahun 2010 di Haiti, ada tsunami di Indonesia pada tahun 2004 dan di Jepang pada tahun 2011, erupsi gunung di Indonesia dibeberapa gunung berapi. Kemudian ancaman politik dan peperangan karena masih adanya negara yang memiliki nuklir. Ketimpangan ekonomi yang semakin tidak merata dan dominasi ekonomi pada satu negara. Belum lagi akibat isu lingkungan, kebakaran hutan, banjir dan pemanasan global. Dan yang paling tidak kita sangka dan menyadarkan kita semua akan rapuhnya dunia ini, adanya wabah Covid-19 sekarang ini!
Dilihat dari banyaknya ancaman ‘kiamat’ itu, kita sekarang melihat, bahwa apa yang dilakukan oleh ‘Doomsday Preppers’ itu adalah benar dan perlu dilakukan oleh setiap orang dengan skala yang berbeda-beda.
Untuk contoh kecil saja, ketika tiba-tiba pandemik Covid-19, kertas toilet menjadi barang langka di Eropa. Di Indonesia, rumah tangga yang biasanya jarang beli masker lalu harus membeli masker sehingga membuat masker langka di pasaran. Produk antiseptic, sarung tangan dan alat perlindungan diri yang sebelumnya tidakpernah dimasukkan dalam daftar kebutuhan, tiba-tiba melonjak naik peringkat menjadi kebutuhan yang harus dibeli.
Membuat shelter perlindungan bawah tanah mungkin terlalu mahal biayanya bagi sebagian besar warga dunia, tetapi perlu kesadaran kolektif bahwa kenyamanan dunia ini adalah sementara, banyak ancaman yang bisa meluluhlantakkan keindahan dunia dalam sekejap.
Badan dunia PBB sudah banyak menginisiasi gerakan yang bersifat mengamankan kehidupan manusia apabila ‘kiamat’terjadi dan juga mencegahnya. Ada banyak gerakan yang bersifat preventif seperti isu pemanasan global, pengurangan persenjataan nuklir, pelarangan pemakaian senjata biologi dan juga gerakan penanganan wabah seperti Covid-19 sekarang ini. Bahkan PBB telah membuat Kubah Kiamat, yang menampung jutaan benih dari seluruh dunia untuk mengantisipasi kehancuran dunia, sehingga generasi mendatang masih bisa mendapatkan bibit tanaman untuk memulai kehidupan baru.

Negara kaya seperti Amerika malah telah mencari bagaimana membuat kehidupan baru diluar planet bumi, bila ternyata bumi sudah berakhir dan tidak nyaman lagi dihuni. Amerika juga banyak mempelajari batu mineral planet lain untuk kemungkinan pemanfaatannya di bumi. Mungkin, walau baru sebatas film, siapa tahu dia sudah merencanakan ‘kapal nabi Nuh’ untuk mengungsi ke planet lain bila kiamat terjadi, seperti yang ada di film, sangat mungkin, negara kaya gitu lho!
Kalo kita gak mampu membikin shelter dengan biaya mahal, minimal kita mempunyai ‘mindset’ mengantisipasi atas hal-hal yang mungkin terjadi dan membuat kita terpaksa keluar dari zona nyaman. Istilahnya sedia payung sebelum hujan. Dalam kondisi terburuk, saat terjadi bencana, pemerintahan kolaps, orang sekitar kita juga tidak akan peduli karena menyelamatkan dirinya masing-masing, karena itulah kita harus mempersiapkannya, you are on your own!
Orang tua mengajarkan ‘pamali sampai kehabisan beras’, artinya jangan sampai kebutuhan dasar kita terputus dan harus mengantisipasinya jangan sampai kehabisan, belilah beras sebelum beras itu habis.
Menyediakan lampu emergency atau genset dirumah, selalu ada air cadangan antisipasi air mati, menyimpan barang berharga atau surat-surat dalam satu tas yang siap bawa bila terjadi kebakaran atau menyimpanya di Safe Deposit Box, handphone yang selalu terisi baterenya atau mempunyai batere cadangan, selalu ada senter apabila kita tidur, ada juga Every Day Carry (EDC, meminjam istilah Doomsday Preppers) barang bawaan sehari-hari seperti senter, pisau lipat, korek api, telpon, peluit dan lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan dan harus tersedia di tas kita, selalu membuat cadangan dokumen dalam bentuk softcopy dan lain sebagainya.
Dengan pandemik Covid-19, memberikan daftar bawaan kita yang harus dibawa setiap saat, ada antiseptik, sabun cair, masker dan sarung tangan. Banyak musuh yang tak terlihat dan berada ditengah-tengah kita. Kita juga tahu bahwa penyebaran penyakit yang melalui droplet (dan dalam kondisi tertentu airborne) bukan hanya Covid-19, tetapi juga ada Meningitis, Tubercolosis, Influenza dan infeksi saluran pernafasan. Banyak orang yang kelihatannya sehat-sehat saja tetapi dia ternyata adalah pembawa dan penyebar virus, untuk itu berhati-hatilah.
Bukankah Allah SWT memerintahkan Nabi Nuh untuk mempersiapkan perahu untuk mengantisipasi adanya banjir besar yang akan datang? Meski bisa saja Allah SWT menyelamatkan Nabi Nuh dan kaumnya begitu saja, tetapi Allah SWT ingin melihat usaha Nabi Nuh dan kaumnya atas ketentuan takdir-Nya.
Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk menghentakkan tongkatnya ke tanah agar lautan terbelah dan menjadi jalan keselamatan bagi Nabi dan kaumnya dari kejaran pasukan Firaun. Padahal apalah artinya hentakan tongkat nabi Musa, tetapi Allah ingin ada usaha untuk mendahului sebuah takdir.
Allah SWT juga memerintahkan Bunda Maryam yang mengandung Nabi Isa waktu itu untuk menggoyangkan pohon kurma agar buah kurma jatuh dan dijadikan makanan agar tidak kelaparan. Padahal, seberapalah kekuatan tangan seorang ibu hamil yang membuat buah kurma jatuh dari pohonnya, karena Allah SWT ingin melihat usaha Bunda Maryam!
——–
Berikut trailer film ‘Doomsday Preppers’ yang waktu itu temanya tentang wabah penyakit. Bercerita tentang keluarga yang telah mempersiapkan pandemic Influenza apabila terjadi. Film ini dibuat 8 tahun yang lalu, dan sekarang sangat relevan…