Covid-19 itu menyeramkan…

Kalau saya menulis dua pekan yang lalu, mungkin tidak akan berjudul seperti itu. Saya masih menganggap remeh Covid-19 (Singkatan: Corona Virus Diseases – 2019) dan apa yang ditakutkan oleh banyak orang, menurut saya kala itu sangatlah berlebihan.

Kantor tempat saya bekerja, termasuk yang sangat ketat untuk membentengi dari Covid-19 agar tidak masuk ke dalam lingkungan perusahaan. Jauh sebelum pemerintah Indonesia mulai bersikap waspada terhadap Covid-19, kantor saya sudah melakukannya.

Sebelum penderita pertama yang terinfeksi di Indonesia diumumkan pada tanggal 2 Maret 2020, perusahaan saya sudah mengambil sikap berperang total dengan Covid-19. Awal Februari, ketika ada rombongan pegawai kita yang ke Tiongkok, waktu kembali ke Jakarta harus di karantina dulu selama 14 hari. Mereka semuanya sehat, tetapi protokolnya harus dikarantina 14 hari. Mereka semuanya harus mengisolasi mandiri dirumahnya selama 14 hari. Saya bergumam ‘Lebay bener nih kantor!’. Kemudian, belakangan saya tahu bahwa 14 hari karantina adalah standar WHO, dan teman-temanku yang dikarantina karena mereka termasuk ODP (Orang Dalam Pemantauan) yang sekarang kita dikenal.

Sederet ke-lebay-an kantor yang lain, dilarang ngumpul-ngumpul lebih dari 5 orang, memakai masker, diukur suhunya waktu masuk ruangan, menyediakan banyak hand sanitizer dan tidak boleh memesan makanan dari luar. Di-lapangan yang nun jauh dipelosok, gak kalah lebay-nya, makanan yang biasanya disajikan prasmanan diberikan dalam nasi kotak agar kita makan sendiri di kamar dan tidak ngumpul untuk makan bersama, ada evacuation drill penanganan pasien Covid-19 dan juga disediakan ruangan isolasi bagi penderita Covid-19.

Dan paling parah, suatu hari di kantor Jakarta, ketika dilakukan pemerikasaan suhu waktu siang (diperiksa suhu 2 kali dalam sehari) ada karyawan yang panasnya 37 koma sekian, manajemen panik, karyawan dipulangkan lebih awal, ruangan di disinfektan dan hari berikutnya, jadwal kerja langsung diubah, sebagian Work From Home dan hanya jumlah terbatas yang masuk kantor. Semua kebijakan dari kantor untuk mencegah Covid-19 ini, mendahului kebijakan pemerintah. Waktu itu saya bergumam ‘Wah ini sama aja memakai meriam untuk membunuh lalat!’.

Dalam perkembangannya, banyak negara yang semakin panik, karena ternyata Covid-19 gak main-main. Walaupun terlambat, harus diakui China termasuk cepat merespon Covid-19 ini dengan langkah drastis, kota Wuhan di-lockdown pada tanggal 23 Januari 2020. China awalnya juga gagap, Desember 2019 sudah ada Dokter China yang melempar isu Covid-19 ini, alih-alih mendapatkan respon positif, dokter tersebut malah mendapatkan perlakuan represif dari pemerintah China. Bulan Maret, barulah banyak negara melakukan tindakan serupa China, kota-kota besar banyak di-lockdown, perang terhadap Covid-19 semakin brutal, menandakan bahwa virus ini bukan musuh semabrangan!

Virus Covid-19 menyerang system pernafasan, sama halnya seperti SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan MERS (Middle East Respiratory System). Tidak seperti TBC (Tuber Colosis) penyakit pernafasan yang banyak kita kenal yang sakitnya menahun (kronis), SARS, MERS dan Covid-19 sifatnya akut, virusnya cepat menyerang, dan bagi tubuh yang lemah, tiba-tiba penyakitnya sudah parah (akut), susah ditanggulangi.

Mungkin orang harus mengalami dulu ya, agar kita waspada terhadap sesuatu hal. Dengan banyaknya berita di medsos kita banyak tahu pengalaman orang lain di negara lain tanpa harus mengalaminya.

Saya jadi ingat mendiang Ibu yang wafat enam tahun silam. Ibu masuk ke Rumah Sakit karena stroke ringan, dan dalam beberapa hari sudah pulih. Karena sudah berusia lanjut, yang rentan pada serangan virus karena kekebalan tubuhnya yang sudah menurun, Ibu meninggal karena penyakit paru-paru (pneumonia).

Dan berita jeleknya, penyakit paru-paru yang diderita Ibu itu terinfeksi ketika dirumah sakit. Istilahnya infeksi nosocomial, infeksi yang didapat dari serangan virus, bakteri atau jamur ketika dirumah sakit. Sejak terinfeksi, kondisi ibu jauh menurun secara drastis dari hari kehari. Pada saat perawatannya, penanganannya juga ketat, karena baik Ibu dan kita semua yang berada disekitarnya rentan saling menulari. Saat berada dekat dengan Ibu, kita harus memakai masker, memakai jaket dokter dan tangan harus di-hand sanitizer. Kunjungan dari luar juga sangat dibatasi, dan protokolnya juga sama, pakai masker, jaket khusus dan di-hand sanitizer.

Dan terakhir, Ibu harus berada di ICU (Intensive Care Unit) dengan alat bantu pernafasan (ventilator) dengan kunjungan yang hanya untuk keluarga dan waktu yang terbatas. Sadar bahwa ini adalah saat-saat terakhir bersama dengan Ibu, kita mengajukan ke dokter untuk Home Care, dirawat dirumah dengan perawatan standar ICU. Dokter mempersilahkan, tetapi yang mengajukan Home Care juga banyak, dan kita harus antrian untuk mendapatkan ventilator terlebih dahulu. Dari dulu berarti ventilator barang langka ya, hhmmm..

Hanya 3 hari dalam perawatan dirumah (home care), akhirnya Ibu meninggal. Dari kasus meninggalnya Ibu karena pneumonia padahal keluhan ke rumah sakit karena stroke ringan dant tidak pernah punya riwayat pneumonia, saya ingin mengatakan bahwa serangan pada paru-paru seperti Covid-19 itu berlangsung sangat cepat dengan resiko penularan yang tinggi. Selain itu, rumah sakit dimana merupakan tempat berkumpulnya ratusan pasien dengan penyakit yang berbeda adalah hutan rimba bagi virus, bakteri dan jamur. Berhati-hatilah, meskipun kita berada di Rumah Sakit yang bak hotel, tetapi virus, bakteri dan jamur itu makhluk mematikan yang tidak terlihat. Rumah sakit juga bukan tempat yang nyaman bagi lansia dan anak-anak yang lebih rentan dari serangan penyakit.

Bakteri, virus dan jamur di Rumah Sakit adalah yang ‘kelas atas’ dan ‘paling bandel’. Rumah sakit menpunyai jadwal rutin untuk disinfeksi tetapi banyaknya hilir mudik pasien dengan beragam penyakit membuat bakteri, virus dan jamur dengan mudah datang lagi. Ada tips bocoran dari dokter nih, kalo kita akan operasi, sebaiknya kita menanyakan ke Dokter kapan jadwal disinfeksi bagi seluruh ruangan di rumah sakit tersebut dan kita minta jadwal setelah rumah sakit tersebut diadakan disinfeksi total. Kalo kita ke Dokter Gigi, sebaiknya juga kita atur untuk di urutan pertama atau awal-awal, karena alat-alat baru dibersihkan lebih menyeluruh.

Sampai saat ini, 2 April 2020, di Indonesia, jumlah penderita positif Covid-19 sebanyak 1.790 orang, dengan kematian 170 orang. Dari jumlah tersebut, sekitar 55% penderita berada di Jakarta. Harap dicatat, angka-angka tersebut adalah yang terkonfirmasi penderita Covid-19. Jumlah yang sebenarnya, saya yakin jauh diatas angka yang terkonfirmasi.

Untuk DKI Jakarta saja, Anies Baswedan, Gubernur DKI pada tanggal 30 Maret 2020, menyampaikan ada 283 jenasah pada kurun waktu tanggal 6 – 29 Maret 2020, yang dimakamkan oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta dengan prosedur seperti penanganan Covid-19. Berbeda jauh dengan data pemerintah, pada tanggal yang sama, yang terkonfirmasi hanya 122 orang yang meninggal. Artinya, masih banyak yang meninggal dengan ciri-ciri Covid-19 tetapi tidak atau belum terkonfirmasi kalau menderita Covid-19.

Hanya selang 3 hari, 2 April 2020, Anies Baswedan melaporkan kepada wapres jumlah yang meninggal yang dimakamkan dengan prosedur Covid-19 telah mencapai 401 orang, pertambahan yang luar biasa dan mengkhawatirkan!

Hitung-hitungan kasar, kalo rasio antara yang meninggal dengan jumlah yang menderita 5%, maka di DKI Jakarta sudah ada 8.000 orang positif terinfeksi Covid-19, angka yang gak main-main.

Dan rasanya apa yang disampaikan Gubernur DKI juga senada dengan hasil kajian dari Badan Intelijen Negara (BIN), yang menyebutkan akan ada sekitar 27 ribu penderita Covid-19 pada akhir April 2020 ini dan akan mencapai puncak pada bulan Juli 2020. Jumlahnya jauh lebih tinggi dari laporan yang terkonfirmasi yang biasanya dijadikan rujukan oleh media.

Jadi, bagi yang masih menganggap remeh Covid-19, tobatlah, ambil langkah-langkah pencegahan seperti yang telah banyak disosialisasikan oleh pemerintah, karena Covid-19 itu menyeramkan…

Iklan
Pos ini dipublikasikan di Opini dan tag . Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s