Sumber Gambar: http://iwing.wordpress.com
Dalam suatu kesempatan pergi ke Bandung mengendarai mobil sendiri, dan kebetulan tidak ada acara yang mendesak, karena hanya pergi jalan-jalan saja, saya ingin test drive dengan cara berkendara yang hemat BBM.
Cara berkendara yang hemat BBM banyak ditulis di media otomotif. Yang paling utama, cara gas kendaraan yang pelan dan tidak tiba-tiba, kemudian putaran mesin dipertahankan pada kisaran 2000 – 3000 RPM, dan tidak berhenti atau berangkat dengan tiba-tiba.
Gampang kan caranya, yang sulit untuk dipraktekkan langsung, karena ‘berkendara’ adalah karakter kita. Apabila kita suka ngebut, pasti tips-tips itu bakalan lewat begitu saja, tidak diindahkan!
Saya juga tipe pengendara yang ‘tidak suka berlama-lama’ di jalan apalagi dengan mengekor kendaraan yang berjalan lambat didepan. Walau juga tidak dibilang ngebut, kalo saya berkendara, minimal kecepatan 100 KPJ, dan apabila terus tidak dikontrol, biasanya sampai sekitar 130 – 160 KPJ. Tentu, apabila kita ikutan tips-tips berkendara hemat BBM, ada hasrat yang harus dikorbankan oleh saya, kecepatan harus lebih lambat, dan woles bro, hehehe, nah sekarang apakah penghematan yang saya lakukan memberikan penghematan uang yang sesuai dengan hasrat yang saya korbankan, mari kita lihat.
Berangkat dari Bogor, mobil saya ini bensin premium full tank! Kemudian tripmeter saya reset ke posisi 0 (nol). Tujuan ke arah bandung, rute melalui Tol Cipularang. Waktu itu, pagi, 17 Juli 2015, adalah lebaran hari pertama, suasana di tol ramai lancar, tidak ada kemacetan panjang, hanya sedikit waktu mau masuk Bandung di Pintu Tol Pasteur. Kalau saya lihat, meski ini lebaran hari pertama, lalu lintas juga normal, tidak terlalu sepi, tidak seperti dugaan saya yang mengira jalanan bakal lengang.
Di Bandung kemudian check in di Citarum Hotel, hotelnya bagus dan bersih, breakfastnya juga lumayan. Beruntung dapat hotel ini, karena dalam perjalanan waktu saya telpon beberapa hotel, semuanya penuh. Hotel yang saya telpon: Amaris, Fave, Whiz dan Rumah Tawa (ini hotel saya iseng nelpon karena namanya yang aneh, hehehe, juga hotel syariah dan di trip advisor comment-nya lumayan bagus!).
Habis check in gak keluar-keluar lagi, sampai keesokan harinya, keliling-keliling kota Bandung, kearah Cibaduyut, Cihampelas dan Jalan Juanda.
Nginap hanya 2 malam, pada hari ketiga keluar ke arah Cileunyi, kemudian balik lagi ke arah Pasteur untuk masuk tol menuju arah pulang, Bogor!!
Di Tol Cipularang arah Jakarta, lalu-lintas ramai lancar, lebih padat sedikit dibandingkan dengan waktu berangkatnya, dari arah Jakarta – Bandung.
Seperti di tips-tips yang biasa kita baca di media otomotif, saya atur agar RPM berkisar antara 2000 -3000 RPM. Berarti kecepatan saya konstan sekitar 80 – 100 KPJ. Pada waktu pulang di Tol Cipularang arah Jakarta, jalanan menurun, sehingga sering gas tidak saya injak, saya biarkan saja, dan itu juga sudah memberikan putaran mesin sekitar 2500 RPM pada kecepatan sekitar 90 KPJ.
Nah tibalah saat pembuktian, moment of the truth. Begitu di Bogor, bensin saya isi penuh lagi, dan waktu itu diisi sebanyak 30.8 Liter dengan tripmeter menunjukkan di angka 438.8 KM.
Berarti perhitungannya:
Konsumsi BBM dengan Fuel Saving Mode = Jarak tempuh / Konsumsi BBM = 438.8 KM / 30.8 Liter, atau sekitar 14.247 KM per Liter BBM.
Apabila saya berkendara dengan cara yang biasa, biasanya untuk luar kota, konsumsi BBM saya berkisar 11 – 12 KM per Liter. Anggaplah, 12 KM/Liter, maka konsumsi BBM untuk jarak 438.8 KM, adalah: 438.8 KM/12 KM per Liter = 36.57 Liter.
Jika berkendaraan biasa = 36.57 Liter untuk jarak 438.8 KM dan,
Jika berkendaraan dengan cara hemat BBM = 30.8 Liter untuk jarak yang sama 438.8 KM.
Diperoleh penghematan sebanyak = 36.57 – 30.80 = 5.77 Liter atau 15.8% dari pemakaian normal.
Bila diuangkan, harga premium saat ini Rp. 7.400,- sehingga total penghematan Rp. 42.698,-. Hhmmm sebuah angka yang lumayan hanya untuk satu trip perjalanan, apabila kita melakukan sehari-hari, dalam setahun lumayan juga kan angkanya. Hehehe…
Kesimpulan saya, dengan berkendara cara hemat BBM, penghematan yang diperoleh lumayan menguntungkan, ditambah lagi dengan penghematan yang lain seperti umur mesin dan spare part lain yang lebih panjang. Nah, apabila ini menjadi suatu gerakan nasional, hasil penghematan yang diperoleh lumayan juga kan!!
Sepertinya, saya akan berkendara dengan cara hemat BBM setelah menghitung sendiri penghematan yang bisa kita peroleh!
Oya, kendaraan yang dipakai adalah Grand Livina 1500 CC, Type Ultimate, Transmisi Matic, tahun pembuatan Desember 2011.
Terimakasih atas sharing tips hemat BBMnya.
Salam kenal.
Sma-sama, terima kasih telah berkunjung ke blog saya…
Bagus sharingnya pak, saya akan coba praktekan, kebetulan baru pakai gran Livina tapi yg 1500 AT.
#oiyaa…sedikit ngomentarin, kenapa pakainya premium sih pak, itu hak nya masyarakat yg kurang mampu lho, logika saya sih kalau kita sudah punya mobil pribadi, secara gak langsung kita adh declare bahwa kita adalah orang mampu, hehehehe….maaf kalau sedikit oot
Kalo dulu mungkin premium bersubsidi, tapi sekarang gak ada yang bersubsidi lho Mas (kalopun ada subsidinya, sangat sedikit)… Coba aja liat di SPBU, sekarang beli pake jerigen dibebaskan… Hehehe, thanks ya untuk visitnya…
Benar sekarang premium sudah tidak disubsidi. Tapi ada yang menarik dengan Pertalite, ada penghematan yang signifikan juga, sehingga diakhir, biayanya kurang lebih sama saja dengan menggunakan Premium.
Saya isi premium full tank, sampai lampu kuning peringatan fuel muncul, maksimal hanya sampai 630-660 km. Sampai marka pertama di fuel meter, biasanya 100 km saja. Posisi fuel meter setengah hanya 250 km.
Ketika diisi dengan pertalite full tank, sampai lampu kuning peringatan fuel muncul, maksimal bisa sampai 700+ km. Sampai marka pertama di fuel meter bisa dapat 150-175 km. Posisi fuel meter setengah sampai 320-370 km.
Kondisi pemakaian tol Cikarang-Halim dan tol JORR di hari kerja, dan sedikit non-tol. Walau tol namun macetnya lumayan.
Selisih 40km-50km ini, sepadan dengan selisih biaya pertalite dgn premium, dengan ruang mesin dan emisi lebih bersih. Pada masa peralihan dari premium ke pertalite, sebaiknya pakai Pertamax, ataupun Shell V-Power yang ada additif untuk membersihkan ruang bakar.
Oh ya, wah perlu dicoba nih… Thanks ya Mas infonya…